Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan tak segan untuk mempertaruhkan tingkat kepuasan (approval rating) kinerjanya demi membangun Negara.
Orang nomor satu di Indonesia itu mengatakan saat awal menjabat pada 10 tahun yang lalu dan memutuskan untuk mengalihkan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) memberikan dampak penurunan kepuasan kinerjanya sebagai Presiden.
Hal ini dia sampaikan saat membuka agenda Kompas 100 CEO Forum Tahun 2024 di Kompleks Istana Garuda, Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Provinsi Kalimantan Timur, pada Jumat (11/10/2024).
“Saat itu saya ingat, approval rating saya 72%, karena menaikkan BBM jatuh, melorot menjadi 43%. Tapi, ya itu sebuah resiko yang memang harus saya ambil. Memutuskan sesuatu yang memang kita rencanakan, kita ukur, dan berani atau tidak,” ujarnya dalam forum itu
Kendati demikian, dia menekankan dari keberanian itu pemerintah akhirnya memperoleh ruang fiskal yang lebih besar. Dengan kisaran lompatan ruang fiskal hingga Rp170 triliun.
Menurutnya, ruang fiskal yang tumbuh signifikan pun membuat keputusan lainnya bergerak untuk pemerintahannya berangkat membangun yang namanya infrastruktur.
Baca Juga
Kepala Negara pun memerinci selama 10 tahun menjabat Indonesia memiliki jalan desa baru hingga 366.000 kilometer.
“Pada gak percaya? Coba kita lihat, jumlah desa di Indonesia itu ada 74.800 desa. Kalau yang dibangun 366.000 km artinya 1 desa dapat 4—5 kilometer. Logis gak? justru kurang kalau menurut saya. Harusnya tidak segitu bisa 2—3 kali dari yang ada sekarang. itu adalah jalan produksi yang sangat penting,” imbuhnya.
Kemudian, dia melanjutkan pembangunan lainnya selama satu dekade memerintah berhasil membangun 6.800 embung, 14.700 pasar desa, lalu ada 46.000 posyandu.
Selanjutnya, pemerintah juga aktif membangun bandara hingga 26 Bandar udara baru, 25 Pelabuhan dengan pelabuhan yang mengalami perbaikan ada 164, serta jalan tol sampai saat ini mencapai 2.433 kilometer.
“Di mana kalau kita ingat sejak 1978, jagorawi dibangun sampai 10 tahun lalu itu hanya kira 780 kilometer. Selama 40 tahun lebih hanya 780 Km. DI China sekarang punya jalan tol 48.000 kilometer, berarti jauh banget,” ucapnya
Tak hanya sampai di sana, Jokowi juga memamerkan pembangunan transportasi massal yang dilandasi keruwetan di Jabodetabek, mulai dari membangun MRT, LRT, hingga Kereta cepat juga sudah dibangun dari Jakarta ke Bandung.
Dia pun menyindir bahwa saat membangun kereta cepat dengan jalur sepanjang 148 Km menuai banyak protes dari sejumlah pihak.
“Hanya 148 kilometer. itupun ramenya bertahun-tahun. Di China sekarang sudah kurang lebih 28.000 kilometer kereta cepat, kita 148 kilometer. Artinya stok infrastruktur kita masih jauh tertinggal dari negara yang tadi saya sebut,” katanya.
Beralih ke infrastrukturnya, Jokowi juga memerinci telah membangun 53 bendungan baru dengan jaringan irigasi 1,2 juta hektare. Yang pada akhirnya itu bisa menurunkan biaya logistik dari 24% ke hitungan terakhir ke 4%, sehingga menambah daya saing Negara.
Termasuk, kata Jokowi, bendungan juga mengurangi jumlah desa tertinggal dari sebelumnya 47.000 menjadi 10.400.
“Kelihatan itu, pembangunan infrastruktur itu telah menaikkan global competitiveness ranking kita dari 42 pada 2015 sekarang di ranking 27. Juga global innovation ranking dari 97 melompat ke 54. Ini angka yang harus kami sajikan agar tau bahwa dari pembangunan itu ada hasil yang konkrit yang memperkuat daya saing Negara,” pungkas Jokowi.