Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) bercerita seringkali malu ketika tamu-tamu kenegaraan yang memuji keindahan Istana yang berada di pulau Jawa, seperti yang ada di Jakarta, Bogor, dan Yogyakarta.
Hal ini disampaikannya saat memberikan pidato sambutan dalam silaturahmi dengan Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama se-Indonesia (AFKUBI), di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Rabu (25/9/2024).
“Selalu tamu kita kagum, waduh istananya bagus gedungnya bagus. Saya kadang mikir. Ini saya mau jawab apa, indah tapi bukan buatan kita, buatan kolonial Belanda. Mau saya sampaikan apa adanya kok kita merasa inferior gitu,” ucapnya.
Curiga, kata Jokowi menjadi perasaan yang seringkali muncul setiap kali pujian terlontarkan terhadap keindahan Istana Kepresidenan. Dia mengaku tak bisa membedakan antara pujian atau sindiran lantaran setiap tamu Negara mengetahui bahwa Istana tersebut merupakan warisan dari zaman kolonial Belanda.
“Saya kan gatau dia nyindir atau dia memang ingin menyampaikan kekagumannya. Nebaknya kan sulit itulah kenapa gagasan pindah ibu kota ini sudah muncul sejak tahun 50—60 di era bung Karno yang saat itu akan memindahkan ke Palangkaraya," jelasnya.
Kehadiran di Nusantara, menurutnya, bukan hanya tentang bangunan fisik baru, tetapi juga sebuah simbol perubahan pola pikir dan semangat kerja. Apalagi Ibu Kota Nusantara adalah jawaban dari gagasan panjang yang telah dimulai oleh Bung Karno dan diteruskan oleh Presiden Soeharto.
Baca Juga
Bahkan, setelah melalui studi mendalam, Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur akhirnya dipilih sebagai lokasi ibu kota baru, keputusan yang didukung oleh 93 persen anggota DPR.
Dia mengaku sejak awal menjabat pada 2014 setelah dilantik, dirinya langsung memberikan perintah kepada Bappenas untuk mengkaji ulang titik wilayah mana yang memungkinkan untuk menjadi lokasi Ibu Kota Baru.
Alhasil, Kepala Negara bercerita selama 4 tahun 5 tahun kajian itu selesai ada pilihan untuk kembali memilih di Palangkaraya, di Kalimantan Selatan, di Mamuju, hingga di Kalimantan Timur.
Presiden juga kembali menegaskan bahwa kepindahan ke Ibu Kota Nusantara bukan hanya sekedar perpindahan fisik, melainkan juga perpindahan cara pikir dan semangat baru untuk menghadapi tantangan global.
"Negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat dan kita ingin menjadi negara yang cepat,” pungkas Jokowi.