Bisnis.com, JAKARTA - Masyarakat dari berbagai kalangan turun ke jalan untuk menggelar aksi unjuk rasa besar terkait dengan sidang paripurna RUU Pilkada yang akan digelar DPR pada Kamis (22/8/24).
Demo #KawalputusanMK dilakukan untuk melanjutkan Gerakan "Peringatan Darurat" yang sempat menggema di media sosial.
Aksi demonstrasi berfokus untuk membatalkan pengesahan RUU Pilkada oleh DPR RI di rapat paripurna.
Demo besar-besaran yang dilakukan di depan Gedung DPR RI ini juga menjadi alat kritik terhadap pemerintahan yang dinilai telah melanggar konstitusi.
Sejumlah aktivis juga menggaungkan pergerakan yang sama seperti di Bangladesh yang disebut Revolusi Generasi Z.
Apa Itu Revolusi Generasi Z Bangladesh?
Revolusi Generasi Z Bangladesh merupakan gerakan perlawanan yang diprakarsai oleh para pemuda berusia 12-27 tahun.
Baca Juga
Mereka menuntut pemerintah membatalkan sistem kuota pegawai negeri sipil (PNS) bagi keluarga veteran perang tahun 1971.
Penambahan 30 kuota untuk keluarga veteran perang ini menjadi kontroversi karena dinilai tidak adil. Rakyat menilai kuota tersebut bisa diberikan kepada masyarakat sipil.
Adapun kuota ini juga dinilai hanya akan membuat pemerintahan semakin melebar dan memuluskan jabatan Perdana Menteri (PM) Bangladesh Sheikh Hasina.
Pada mulanya Gerakan demo ini berjalan hanya untuk menuntut kebijakan rekrutmen PNS. Namun pergerakan rakyat melawan pemerintah semakin brutal karena berjalan selama berminggu-minggu sejak Juli hingga Agustus.
Setidaknya lebih dari 300 orang tewas imbas kerusuhan tersebut. Banyak angka kematian semakin membuat rakyat marah dan melancarkan gerakan yang lebih besar.
Pergerakan di bawah akhirnya memunculkan tuntutan terhadap PM Hasina yang diharuskan mundur karena kebijakannya.
Kemarahan semakin besar saat Hasina juga keluarga masyarakat sipil nonveteran sebagai "cucu Razakar". Razakar sendiri adalah kalimat ofensif yang mengacu pada operasi militer Pakistan untuk memadamkan perang pembebasan Bangladesh 1971.
Perang semakin besar hingga membuat Hasina terpukul mundur dan akhirnya melarikan diri ke India pada 5 Agustus 2024.
Gerakan demokrasi "Revolusi Gen Z Bangladesh" akhirnya berhasil mengangkat aktivis kaum bawah Bernama Muhammad Yunus sebagai PM sementara Bangladesh.
Muhammad Yunus juga dikenal sebagai cendikiawan menenang Hadiah Nobel Perdamaian.