Bisnis.com, JAKARTA - Israel saat ini bersiap menghadapi kemungkinan serangan dari Iran dan milisi regional sebagai aksi balasan atas terbunuhnya petinggi Hizbullah dan Hamas ketika Amerika Serikat (AS) mengirim bala bantuan pertahanan seraya mendesak gencatan senjata di Gaza.
Dilansir Bloomberg pada Minggu (4/8/2024), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada awal rapat kabinet bahwa negara sedang berperang melawan 'poros jahat' Iran. "Kami menyerang dengan kekuatan besar dan siap menghadapi skenario apa pun, baik secara ofensif maupun defensif," ujarnya.
AS disebutkan mengerahkan satu skuadron jet tempur ke wilayah tersebut dan menempatkan satu kapal induk di dekatnya untuk membantu Israel. AS juga mendesak Netanyahu untuk menggandakan negosiasi gencatan senjata di Gaza untuk mencegah eskalasi perang yang telah berlangsung hampir 10 bulan itu.
Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS Jon Finer mengimbau kedua belah pihak untuk kembali ke meja perundingan. Netanyahu mengatakan masalahnya adalah Hamas terus mengubah tuntutannya. Yang lain mengatakan Israel telah melakukan hal yang sama, sehingga membuat kesepakatan menjadi lebih sulit.
Pemimpin Iran dan Hizbullah telah bersumpah bahwa pembunuhan minggu lalu di Beirut dan Teheran tidak akan dibiarkan begitu saja, bahwa garis merah telah dilanggar dan serangan akan segera terjadi.
Pejabat Israel mengatakan setiap serangan, yang diperkirakan akan segera terjadi, kemungkinan akan terjadi secara bersamaan dan dapat berasal dari Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman, dan Iran sendiri.
Baca Juga
Pada bulan April, setelah Israel membunuh dua jenderal Iran di Suriah, Iran untuk pertama kalinya menembakkan lebih dari 300 proyektil ke Israel, yang hampir semuanya ditembak jatuh oleh Israel dan koalisi kekuatan yang dipimpin AS dengan bantuan regional.
Di Israel, sistem GPS memberi tahu penduduk Tel Aviv yang tercengang bahwa mereka berada di Beirut — bagian dari upaya untuk mempersulit keberhasilan serangan.
Dua pejabat mengatakan kabinet telah diberikan telepon satelit untuk memungkinkan komunikasi jika saluran telepon terputus akibat penembakan atau serangan siber.
Dengan banyaknya maskapai asing seperti Delta, United, dan Lufthansa, yang menangguhkan penerbangan ke dan dari Israel karena takut terjebak dalam baku tembak, puluhan ribu warga Israel yang berada di luar negeri pun tak bisa pulang.
El Al, maskapai nasional Israel, berupaya menambah lebih banyak penerbangan untuk membawa pulang warga Israel. Ada juga pembicaraan tentang kapal untuk membantu mengangkut warga Israel kembali.