Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS & Israel Ketar-ketir Ancaman Balas Dendam Iran

Israel dan Iran tampaknya sedang menunggu ancaman balas dendam Iran buntut pembunuhan terhadap pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh.
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh saat kunjungannya di kamp pengungsi Palestina Ain el Hilweh di Sidon, Lebanon, belum lama ini. Ismail Haniyeh tewas dibunuh Israel di Teheran, Iran dalam serangan pada Rabu (31/7/2024) pagi. Reuters/Aziz Taher
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh saat kunjungannya di kamp pengungsi Palestina Ain el Hilweh di Sidon, Lebanon, belum lama ini. Ismail Haniyeh tewas dibunuh Israel di Teheran, Iran dalam serangan pada Rabu (31/7/2024) pagi. Reuters/Aziz Taher

Bisnis.com, JAKARTA -- Iran kembali mengibarkan bendera merah usai pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, oleh Israel. Pengibaran bendera merah di Masjid Jamkaran, salah satu tempat suci bagi kaum Syiah Iran, adalah sebuah simbol perlawan sekaligus balas dendam atas aksi Israel.

Bendera merah pernah dikibarkan pada 2020 lalu saat salah satu jenderal terpenting Iran, Qasem Soleimani, tewas akibat serangan Amerika Serikat. AS dan Israel dua negara yang kerap secara sengaja melanggar yurisdiksi negara lain.

Adapun dalam kasus Haniyeh, pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei telah memerintahkan untuk melakukan serangan langsung ke Israel, sebagai balasan untuk pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh. 

Khamenei dan pejabat tinggi Iran lainnya telah bersumpah untuk memberikan tanggapan atas pembunuhan Pemimpin Hamas itu di Teheran.

Berdasarkan keterangan dari 3 orang pejabat Iran, termasuk 2 anggota Garda Revolusi Iran, Khamenei telah memberikan arahan tersebut pada pertemuan darurat Dewan Keamanan Nasional yang diadakan tidak lama setelah pembunuhan Haniyeh. 

Dilansir Times of Israel, para pejabat mengatakan Khamenei telah memerintahkan para Komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran dan Angkatan Darat Iran untuk menyiapkan rencana serangan dan pertahanan, jika perang meluas dan Israel atau Amerika Serikat (AS) menyerang Iran.

Israel yang kini waspada terhadap kemungkinan serangan balasan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memperingatkan dalam pidatonya kepada warga Israel bahwa hari-hari yang penuh tantangan akan segera tiba. 

Meski begitu, Netanyahu bersumpah bahwa negaranya telah siap untuk setiap skenario, dan akan menuntut harga yang sangat mahal untuk setiap agresi terhadap Israel. 

Kematian Ismail Haniyeh

Adapun Khamenei sebelumnya menjamu Haniyeh, yang sedang mengunjungi Teheran untuk upacara pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian, dalam pertemuan pada Selasa (30/7/2024) beberapa jam sebelum Haniyeh dibunuh.

"Dengan tindakan ini, rezim Zionis kriminal dan teroris itu telah menyiapkan jalan hukuman berat bagi dirinya sendiri, dan kami menganggapnya sebagai kewajiban kami untuk membalas dendam atas darahnya sebagaimana ia telah menjadi martir di wilayah Republik Islam Iran," kata Khamenei. 

Seperti diketahui, Hamas dan Garda Revolusi Iran sebelumnya dalam pernyataan terpisah melaporkan bahwa pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh telah tewas di Teheran, Iran, pada Rabu (31/7/2024). 

Ismail Haniyeh merupakan politikus Palestina dan pemimpin Hamas yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Otoritas Palestina (PA) pada 2006-2007.

Haniyeh menjabat sebagai pemimpin pemerintahan de facto di Jalur Gaza pada 2007 sampai 2014. Kemudian dia dipilih untuk menggantikan Khaled Meshaal sebagai Kepala Biro Politik Hamas, pada 2017.

AS Bela Israel 

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Bidendan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membahas pengerahan militer AS untuk mendukung keamanan Israel dalam menghadapi berbagai ancaman melalui panggilan telepon pada Kamis (1/8/2024).

"Presiden membahas upaya untuk mendukung pertahanan Israel dalam menghadapi berbagai ancaman, termasuk rudal balistik dan pesawat nirawak, termasuk pengerahan militer defensif AS yang baru," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan dilansir dari Antara, Jumat (2/8/2024).

Biden menegaskan kembali komitmennya terhadap keamanan Israel dalam menghadapi semua ancaman dari Iran, termasuk kelompok Hamas, Hizbullah dan Houthi.

Untuk memastikan komitmen Washington terhadap pertahanan Israel, Biden menekankan pentingnya upaya berkelanjutan untuk meredakan ketegangan yang lebih luas di kawasan tersebut.

Wakil Presiden AS Kamala Harris, yang sebelumnya menyatakan keprihatinan serius tentang situasi di Jalur Gaza kepada Netanyahu, juga bergabung dalam panggilan telepon tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Redaksi
Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper