Bisnis.com, JAKARTA - Hamas telah mengangkat Yahya Sinwar sebagai pemimpin politik barunya setelah Ismail Haniyeh, dibunuh di Teheran, Iran pada pekan lalu.
Mengutip Reuters pada Rabu (7/8/2024), langkah ini memperkuat jalur non kompromi yang ditempuh Hamas sejak serangan 7 Oktober terhadap Israel.
Sinwar merupakan tokoh utama di balik serangan paling dahsyat ke Israel dalam beberapa dekade. Ia telah bersembunyi di Gaza yang menghambat upaya Israel untuk membunuhnya sejak dimulainya perang.
"Gerakan Perlawanan Islam Hamas mengumumkan terpilihnya Komandan Yahya Sinwar sebagai kepala biro politik gerakan tersebut, menggantikan sang syahid, Komandan Ismail Haniyeh, semoga Allah merahmatinya," jelas Hamas dalam sebuah pernyataan singkat dikutip dari Reuters.
Adapun, kabar penunjukan tersebut, muncul saat Israel bersiap menghadapi kemungkinan serangan dari Iran menyusul terbunuhnya Haniyeh di Teheran. Kabar itu disambut dengan serangan roket dari Gaza dari kelompok militan yang masih memerangi pasukan Israel di daerah kantong yang terkepung itu.
Seorang diplomat yang mengetahui pembicaraan yang ditengahi oleh Mesir dan Qatar menyebutkan, penunjukan ini berarti Israel perlu menghadapi Sinwar. Adapun, pembicaraan ini bertujuan untuk menghentikan pertempuran di Gaza dan memulangkan 115 sandera Israel yang masih ditahan Hamas.
Baca Juga
"Ini adalah pesan tentang ketangguhan dan tidak kenal kompromi," kata diplomat tersebut.
Sinwar, yang menghabiskan separuh masa dewasanya di penjara Israel, adalah pemimpin Hamas paling berkuasa yang masih hidup setelah pembunuhan Haniyeh. Insiden pembunuhan itu telah membuat kawasan Gaza berada di ambang konflik regional yang lebih luas setelah Iran bersumpah akan melakukan pembalasan yang keras.
Hingga saat ini, Israel tidak mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut. Namun, pemerintah Israel mengatakan telah membunuh sejumlah pemimpin senior lainnya, termasuk wakil pemimpin Hamas Saleh al-Arouri, yang terbunuh di Beirut, dan Mohammed Deif, komandan militer gerakan tersebut.
Sinwar diketahui lahir di sebuah kamp pengungsi di kota Khan Younis di Gaza Selatan. Dirinya terpilih sebagai pemimpin Hamas di Gaza pada tahun 2017 setelah mendapatkan reputasi sebagai penegak hukum yang kejam di antara warga Palestina dan musuh bebuyutan Israel.
Juru Bicara militer utama Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, menyalahkan Sinwar atas serangan 7 Oktober dan mengatakan Israel akan terus memburunya.
"Hanya ada satu tempat untuk Yahya Sinwar, yaitu di samping Mohammed Deif dan teroris serangan 7 Oktober lainnya. Itulah satu-satunya tempat yang kami persiapkan dan tuju untuknya," katanya kepada televisi Al-Arabiya, menurut pernyataan yang dirilis oleh militer.