Bisnis.com, JAKARTA - Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh tewas dirudal oleh Israel saat berada di Teheran, Iran.
Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengatakan bahwa Haniyeh terbunuh dalam serangan Israel bersama salah satu pengawalnya.
"Kediaman Ismail Haniyeh, kepala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, diserang di Teheran, dan akibat insiden ini, dia dan salah satu pengawalnya tewas," kata IRGC Iran, dilansir Al-Jazeera, pada Rabu (31/7/2024).
Hamas Isyaratkan Perang Serius
Kematian Haniyeh menyebabkan Hamas memberikan isyarat adanya perang terbuka terhadap Israel.
Juru bicara senior Hamas Sami Abu Zuhri menegaskan bahwa Hamas akan melancarkan perang terbuka untuk membebaskan Yerusalem.
Perang Besar dengan Hizbullah
Melansir dari ABC News, bukan hanya Hamas yang ingin perang besar terjadi dengan Israel. Hizbullah, kemungkinan akan melayangkan perang yang banyak ditakuti oleh semua orang yang terlibat.
Baca Juga
Israel terus mendesak negara-negara Arab, di mana baru-baru ini politisi Hizbullah ikut tewas dalam serangan yang dilakukan pada beberapa pekan lalu.
Apabila terjadi, Israel mungkin akan kewalahan meski dukungan dari Amerika Serikat (AS) terus berlanjut hingga saat ini.
Hizbullah bukanlah lawan yang enteng. Pada tahun 2006, Israel kalah saat berperang dengan Hizbullah.
Selain itu, Hizbullah dilatih, diberi sumber daya, dan dipersenjatai oleh Iran. Terlebih mereka kini menguasai bandara internasional Beirut, dimana senjata dapat terbang dari Iran kapan saja.
Para pejuang Hizbullah pun jauh lebih terasah dan profesional dari pada Hamas.
Mantan komandan Korps Garda Revolusi Iran, Mohsen Rezaie pun mengklaim bahwa Israel akan membayar mahal atas serangan mematikan militernya yang menewaskan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh pada Rabu, (31/7/2024).
Klaim itu ditegaskan olehlaporan media pemerintah Iran, Rezaie. Namun perang besar ini tidak akan terjadi apabila belum ada persetujuan dari Iran.
Hizbullah tidak akan menyatakan perang penuh tanpa persetujuan Teheran.
Apabila benar terjadi, maka perang besar arab akan menjadi bencana besar bagi Israel, Lebanon, dan Iran.
Secara militer, Israel, dengan bantuan Washington, mungkin akan “memenangkan” perang skala penuh. Namun ribuan warga sipil akan tewas, dan ketiga negara tersebut akan mengalami kerusakan parah.