Bisnis.com, JAKARTA - Serangan Israel ke Rafah belum lama ini membuat publik global geram, akan tetapi Amerika Serikat memberikan respons yang mengejutkan.
Sebagaimana diketahui, Israel menyerang kamp pengungsi Rafah secara brutal. Otoritas kesehatan Gaza mengatakan 45 orang tewas ketika kobaran api melanda sebuah kamp pengungsi akibat serangan Israel pada Minggu (26/5/2024).
Meskipun ada kemarahan global atas serangan yang menewaskan 45 orang tersebut, Gedung Putih bersikeras bahwa mereka tidak percaya Israel telah melancarkan operasi besar ke Rafah.
John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, mengatakan bahwa Biden konsisten belum mengambil keputusan mengenai apa yang dimaksud dengan serangan militer habis-habisan oleh sekutu utamanya, Israel.
“Kami belum melihat mereka menyerang Rafah,” katanya.
“Kami belum melihat mereka masuk dengan unit besar, pasukan dalam jumlah besar, dalam kolom dan formasi dalam semacam manuver terkoordinasi terhadap berbagai sasaran di lapangan," ia menambahkan.
Baca Juga
Namun Biden menghadapi kesulitan dalam melakukan penyeimbangan baik secara domestik maupun internasional terkait Gaza, terutama pada tahun ketika politisi Partai Demokrat berusia 81 tahun itu bersaing dalam pemilu melawan Donald Trump.
“Biden ingin tampil keras terhadap Rafah, dan benar-benar berusaha bersikap tegas terhadap Netanyahu, namun pada tahun pemilu, garis merahnya semakin kabur,” kata Colin Clarke, direktur penelitian di Soufan Group.
"Saya pikir dia akan terus mengubah garis tersebut, merunduk dan menghindarinya, sebagian besar sebagai respons terhadap kejadian di lapangan," ia menambahkan.