Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa Israel belum melewati batas dan garis merah, setelah Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melakukan serangan ke kamp pengungsi di Rafah pada akhir pekan lalu.
IDF meluncurkan serangan ke kamp pengungsi Rafah pada akhir pekan, dan mengklaim serangan itu menargetkan komandan Hamas.
Meski menargetkan komandan Hamas, serangan Israel itu juga menyebabkan kematian puluhan warga sipil Palestina yang mengungsi di Rafah.
Wakil Juru Bicara Pentagon AS Sabrina Singh mengatakan dalam sebuah pengarahan bahwa negaranya terus memandang aktivitas IDF di Rafah sebagai ruang lingkup terbatas dan mencatat bahwa bantuan keamanan ke Israel akan terus mengalir.
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih AS John Kirby mengatakan pihaknya tidak ingin melihat operasi darat besar-besaran di Rafah, dan sejauh ini dia belum melihatnya saat ini.
Sementara, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan bahwa pada saat ini, dia melihat operasi militer di Rafah belum sebesar operasi sebelumnya.
Baca Juga
“Jika Anda melihat jumlah brigade yang berada di Kota Gaza dan Khan Younis sejauh ini operasi militer ini merupakan jenis yang berbeda [di Rafah], namun ini adalah sesuatu yang kami awasi dengan sangat cermat," katanya, dilansir Times of Israel, pada Rabu (29/5/2024).
Kirby menjelaskan bahwa serangan ke kamp pengungsi Rafah pada Minggu (26/5) benar-benar mencerminkan tantangan operasi militer di daerah padat penduduk, sambil membela keputusan AS untuk terus memasok persenjataan kepada Israel di tengah pertempuran di Jalur Gaza.
“Kami memberi mereka kemampuan yang mereka perlukan untuk mempertahankan diri. Mungkin beberapa orang telah melupakan apa yang terjadi pada tanggal 7 Oktober, namun kita belum melupakannya,” kata Kirby.
Lain hal dengan Wakil Presiden AS Kamala Harris yang memberikan komentar publik pertamanya tentang serangan terhadap kamp pengungsi di Rafah itu.
“Kata tragis bahkan tidak bisa menggambarkannya,” katanya, memberi jawaban atas pertanyaan dari kelompok pers, pada Selasa pagi (28/5/2024).
IDF mengatakan bahwa gudang senjata kelompok Hamas yang tersembunyi mungkin menjadi penyebab sebenarnya dari kebakaran mematikan di tenda pengungsi Rafah.
Selain itu, menurut IDF serangan udara yang menargetkan komandan Hamas di daerah yang berdekatan itu disinyalir tidak dapat menyulut api di tenda pengungsi tersebut.
Militer Israel mencurigai bahwa amunisi atau bahan mudah terbakar lainnya yang tidak mereka sadari menyebabkan ledakan kedua dan kebakaran menyebar ke kompleks tenda pengungsi Palestina di Rafah.