Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat (AS) menanggapi keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) yang memerintahkan Israel untuk menghentikan operasi militer di Kota Rafah, di Gaza Selatan.
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Amerika Serikat (AS) John Kirby mengatakan bahwa posisi AS selama ini jelas dan konsisten.
"Kami sudah jelas dan konsisten mengenai posisi kami mengenai Rafah,” katanya, tanpa menjelaskan lebih lanjut, seperti dilansir Times of Israel, pada Minggu (26/5/2024).
Keputusan ICJ yakni memerintahkan Israel untuk menghentikan operasi militer di Rafah, karena akan berisiko menghancurkan penduduk sipil yang berlindung di sana.
Menurut interpretasi empat hakim ICJ, perintah tersebut bersifat terbatas yang menginstruksikan Israel untuk tidak melanggar Konvensi Genosida di Rafah, namun tidak mengharuskan menghentikan operasi militernya di sana.
Sebaliknya, hakim Afrika Selatan berpendapat bahwa keputusan tersebut secara eksplisit mengharuskan Israel untuk menghentikan semua operasi militer di Rafah.
Baca Juga
Pemerintah AS telah berulang kali menyatakan bahwa mereka menentang serangan besar-besaran Israel di Rafah, dengan Presiden AS Joe Biden menghentikan pengiriman amunisi karena kekhawatiran Israel mungkin menggunakannya sebagai bagian dari operasi tersebut.
Sementara itu, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan bahwa aktivitas militer Israel sejauh ini belum mencapai tingkat yang diperingatkan oleh Washington.
Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menegaskan kembali posisi Biden mengenai operasi di Rafah, ketika dia berbicara dengan menteri kabinet perang Benny Gantz pada Jumat (24/5/2024).
Para pejabat AS, ketika menekan Israel, telah menyatakan bahwa operasi besar adalah sebuah garis merah yang akan melemahkan negosiasi yang terhenti mengenai kesepakatan untuk mengembalikan sandera Israel yang ditahan oleh Hamas dan akan menyebabkan Biden menarik kembali persenjataan yang akan dikirim ke Israel.
Namun, sikap Gedung Putih tampaknya mengalami perubahan penting setelah Sullivan kembali dari kunjungannya ke Israel pekan lalu, di mana dia mengatakan bahwa dia telah diberi pengarahan tentang penyempurnaan dalam rencana Israel untuk membasmi Hamas di Rafah.
Selama pembicaraan Sullivan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan pejabat lainnya selama perjalanan tersebut, pihak Israel menyampaikan banyak kekhawatiran Biden mengenai rencana operasi di Rafah.
Pejabat tersebut mengatakan bahwa pemerintah AS tidak memberikan lampu hijau pada rencana Israel tersebut, namun perubahan perencanaan yang dilakukan para pejabat Israel menunjukkan bahwa mereka menanggapi kekhawatiran Biden dengan serius.
Adapun, Israel tampaknya kembali melanjutkan operasi militer di Gaza, meski ada perintah penghentian serangan dari ICJ, dan saksi mata Palestina menyatakan bahwa Israel melancarkan serangan udara di Jalur Gaza termasuk di Rafah, pada Sabtu pagi (25/5/2024).