Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sejarah Hari Ini, Kenali Penyebab Kerusuhan Solo 15 Mei 1998

Tragedi kerusuhan di Soli disebabkan karena korupsi serta masalah ekonomi seperti kekurangan pangan dan pengangguran massal.
Ilustrasi kerusuhan/Bloomberg.
Ilustrasi kerusuhan/Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA - Kerusuhan Mei 1998 menjadi sejarah kelam untuk bangsa Indonesia, tidak terkecuali rakyat Solo kala itu.

Sejarah hari ini, tepat pada tanggal 14 - 15 Mei 1998, tragedi kerusuhan mahasiswa yang semula hanya di Jakarta akhirnya juga terjadi di Surakarta atau Solo. Akibat kejadian ini, sejumlah jalan dan pertokoan rusak karena pembakaran masal. Selain itu, sejumlah nyawa ikut terenggut akibat penjarahan yang dilakukan.

Kerusuhan Solo 1998 kala itu terjadi di sepanjang Jl. Slamet Riyadi. Mulai dari gedung bekas diler mobil Timor, gedung bekas Purwosari Plasa, pasar legi, hingga kawasan perdagangan coyudan menjadi sasaran amukan mahasiswa.

Dilansir dari p2k.stekom.ac.id, Rabu (15/5/2024) tragedi kerusuhan disebabkan karena korupsi serta masalah ekonomi seperti kekurangan pangan dan pengangguran massal. Diperkirakan sudah lebih dari 100.000 orang tewas dan terdapat laporan 168 kasus pemerkosaan saat kerusuhan terjadi.

Selain itu, kerusuhan ini juga berdampak pada sistem ekonomi Indonesia yang mengalami kerugian akibat kerusakan material mencapai Rp3.1 triliun. Akhirnya, berujung pada pengunduran diri Presiden Soeharto dan jatuhnya Orde Baru.

Target utama dari kerusuhan ini adalah etnis Tionghoa, karena saat itu mereka mendominasi perekonomian di Indonesia. Beberapa toko milik etnis tersebut ditulis 'Milik pribumi' atau 'Pro-reformasi', agar tidak terkena penjarahan para demonstran.

Menurut Jurnal Universitas Sebelas Maret Surakarta, gerakan demonstrasi kala itu memiliki 6 tuntutan reformasi sebagai agenda utama aksi. Berikut isi tuntutan tersebut.

1. Adili Soeharto

2. Laksanakan UUD 1945

3. Hapuskan dwifungsi ABRI

4. Pelaksanaan otonomi daerah

5. Tegakkan supremasi hukum

6. Ciptakan pemerintah yang bersih dari KKN

Melihat banyaknya kerugian akibat kerusuhan demonstran, maka dibentuklah Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk menyelidiki kasus. 

Akhirnya, TGPF mengeluarkan laporan mengenai pelaku provokasi pembakaran, penganiayaan, dan pelecehan seksual saat itu, diduga sejumlah oknum militer ikut bergabung yang dilihat berdasarkan penampilannya. 

Banyak pihak berspekulasi, terdapat dua nama yakni Pangab Wiranto dan Pangdam Jaya Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin yang ikut terlibat dalam provokasi kerusuhan 1998. (Nur Afifah Azahra Aulia)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Redaksi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper