Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BMKG Bongkar Penyebab Gelombang Panas di Asia, RI Bakal Kena?

BMKG mengungkap penyebab gelombang panas atau heatvawe di Asia. Indonesia bakal kena?
Ilustrasi gelombang panas atau heatwave. Dok BMKG
Ilustrasi gelombang panas atau heatwave. Dok BMKG

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap beberapa penyebab gelombang panas atau heatwave yang melanda beberapa negara di Asia akhir-akhir ini. 

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Fachri Radjab mengungkapkan berdasarkan laporan dari Vietnam bahwa suhu maksimum terjadi di beberapa wilayah bagian utara dan tengah yang tembus menyentuh di angka 44 derajat celcius.

"Gelombang panas juga melanda Filipina sehingga pemerintah setempat mengambil tindakan untuk meliburkan sekolah-sekolah," ujar Fachri Radjab dikutip dari siaran pers, Rabu (8/5/2024). 

Lantas, faktor apa yang menjadi penyebab gelombang panas terjadi di Asia? Berikut penjelasan singkat dari BMKG.

3 Faktor Penyebab Gelombang Panas di Asia 

Fachri membeberkan beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab dari gelombang panas yang melanda di beberapa negara di Asia, terdiri dari:

1. Gerakan Semu Matahari Akhir April dan Awal Mei

Fachri menjelaskan gerakan semu matahari yang terjadi di akhir April dan awal Mei 2024 posisinya berada di atas lintang 10 derajat Lintang Utara dan ini bertepatan dengan wilayah-wilayah di Asia Tenggara daratan.

"Akibatnya, gerakan semu matahari tersebut membuat penyinaran matahari menjadi sangat terik dan memberikan background kondisi yang panas," ucapnya. 

2. Anomali Iklim El Nino 2023/2024

Fachri menyebutkan hal ini dengan disertakan analisis data historis yang memperlihatkan ketika terjadi El Nino, wilayah di Asia Tenggara daratan akan menghadapi anomali suhu hingga menyentuh di angka 2o di atas normal pada periode Maret-April-Mei.

3. Pengaruh Pemanasan Global

Pengaruh pemanasan global menjadi dugaan penyebab dari adanya pemanasan global sehingga menyebabkan suhu terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Faktor-faktor di atas menjadi penyebab suhu udara di wilayah Asia Tenggara menjadi sangat ekstrem pada April-Mei tahun 2024. Fachri berharap gelombang panas yang melanda di Asia ini tidak terjadi di Indonesia.

"Mudah-mudahan situasi tersebut tidak terjadi di Indonesia," ujar Fachri.

Seorang pria menggunakan kertas karton untuk berteduh dari teriknya sinar matahari di tengah suhu panas di Bangkok, Thailand, pada hari Minggu, 28 April 2024. Negara dengan perekonomian terbesar kedua di Asia Tenggara ini telah bersiap-siap untuk menghadapi hari-hari yang lebih panas dari biasanya akibat pola cuaca El Nino yang diperkirakan akan berlangsung hingga bulan Juni. Fotografer: Andre Malerba / Bloomberg
Seorang pria menggunakan kertas karton untuk berteduh dari teriknya sinar matahari di tengah suhu panas di Bangkok, Thailand, pada hari Minggu, 28 April 2024. Negara dengan perekonomian terbesar kedua di Asia Tenggara ini telah bersiap-siap untuk menghadapi hari-hari yang lebih panas dari biasanya akibat pola cuaca El Nino yang diperkirakan akan berlangsung hingga bulan Juni. Fotografer: Andre Malerba / Bloomberg

Dampak ke Indonesia

Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menegaskan cuaca panas yang melanda Indonesia pada akhir-akhir ini bukan disebabkan oleh gelombang panas atau heatwave.

Dia menyebutkan cuaca panas tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas, hal ini berdasarkan indikator statistik pengamatan suhu yang dilakukan oleh BMKG.

Dwikorita menyampaikan memang adanya gelombang panas yang tengah melanda beberapa negara di Asia. Namun, Indonesia tidak menghadapi gelombang panas tersebut.

"Memang betul, saat ini gelombang panas sedang melanda berbagai negara Asia, seperti Thailand dengan suhu maksimum mencapai 52°C. Kamboja, dengan suhu udara mencapai level tertinggi dalam 170 tahun terakhir, yaitu 43°C pada minggu ini. Namun, khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya," ungkap Dwikorita. (Ahmadi Yahya)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Redaksi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper