Bisnis.com, JAKARTA - KFC Malaysia telah menutup lebih dari 100 gerainya karena aksi boikot terhadap produk pendukung Israel.
QSR Brands Holdings Bhd yang mengoperasikan restoran KFC dan Pizza Hut di negara tersebut, mengatakan bahwa pihaknya menutup sementara gerainya di tengah “kondisi ekonomi yang menantang”.
Melansir Al Jazeera, penutupan tersebut juga dilakukan untuk “mengelola peningkatan biaya bisnis dan fokus pada zona perdagangan dengan keterlibatan tinggi”.
“Berkontribusi secara positif kepada komunitas Malaysia, menjaga kecintaan terhadap merek KFC dan melindungi karyawan terhadap merek tersebut adalah prioritas bagi organisasi ini," kata perusahaan dalam sebuah pernyataan resmi.
Karyawan dari gerai yang terkena dampak pun mendapat tawaran kesempatan untuk pindah ke toko operasional yang lebih sibuk sebagai bagian dari upaya optimalisasi ulang perusahaan.
“Sebagai perusahaan yang telah melayani masyarakat Malaysia selama lebih dari 50 tahun, fokusnya tetap pada penyediaan produk dan layanan berkualitas kepada pelanggan, sekaligus memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian Malaysia melalui keamanan kerja bagi 18.000 anggota tim di Malaysia, yang sekitar 85 persennya adalah Muslim,” lanjutnya.
Meskipun QSR Brands tidak merinci alasan kondisi sulit tersebut.
Di sisi lain, seorang anggota staf di toko KFC yang terkena dampak di Subang Jaya di negara bagian Selangor mengatakan pada hari Kamis (2/5/2024) bahwa gerai tersebut telah diinstruksikan untuk ditutup sementara dua minggu lalu.
Meskipun gerai tersebut dibuka kembali pada hari Kamis dengan mulai menjual minuman, namun kursi dan meja masih bertumpuk.
“Boikot ini sangat efektif untuk menunjukkan pesan kami menentang pendudukan di Palestina. Namun, saya juga prihatin dengan penghidupan keluarga staf yang bergantung pada pekerjaan mereka di KFC,” kata seorang pembeli berusia 40-an, dikutip dari Nikkei Asia.
Media lokal, yang mengaitkan penutupan tersebut dengan boikot, mengutip data Google Map yang menunjukkan lusinan gerai yang terkena dampak di seluruh negeri.
Boikot di negara-negara mayoritas Muslim dituding sebagai penyebab merosotnya pendapatan merek-merek Barat yang dianggap memiliki hubungan dengan Israel.
Pada bulan Februari, McDonald’s menyebutkan kampanye boikot di Timur Tengah, Indonesia, dan Malaysia terhadap penjualan yang hanya tumbuh 0,7 persen selama kuartal keempat tahun 2023, dibandingkan dengan pertumbuhan 16,5 persen pada tahun sebelumnya.