Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Taiwan dengan cepat merespons bencana gempa dengan magnitudo 7,2 yang menghantam wilayah Hualien di pantai timur Taiwan pada hari Rabu (3/4/2024).
Respons ini bergerak cepat hingga ke level daerah terendah. Chang Tung-yao, seorang pejabat pemerintahan tingkat terendah di Hualien, tahu persis apa yang harus dilakukannya, karena ia pernah mengalami kejadian serupa enam tahun sebelumnya.
Dalam waktu dua jam setelah gempa, yang terjadi sebelum pukul 8.00 pagi waktu setempat ketika orang-orang bersiap-siap untuk bekerja, Chang mengatakan bahwa tempat penampungan darurat telah diatur di sebuah sekolah terdekat di mana lebih dari 130 penduduk akhirnya bermalam.
"Kontak dengan departemen pemerintah adalah kuncinya," kata Chang kepada Reuters, Kamis (4/4/2024).
Sejak gempa bumi magnitudo 6,4 pada tahun 2018 yang menewaskan tujuh orang, Chang mengatakan bahwa pemerintah setempat telah memperkuat koordinasi dengan unit-unit pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat untuk tanggap darurat dan bantuan.
Kali ini, para pejabat daerah dan polisi bersama dengan unit-unit lain yang membantu mengevakuasi penduduk di daerah-daerah yang terkena dampak di pusat kota Hualien bekerja sama untuk membersihkan salah satu bangunan yang rusak sebelum bangunan tersebut runtuh akibat gempa susulan.
Baca Juga
"Semua orang melakukan tugasnya masing-masing. Pemerintah daerah dan kantor administrasi setempat bekerja sama untuk meminimalkan kerusakan semaksimal mungkin," kata Chang.
Penyebab Taiwan Rentan Gempa Bumi
Wilayah Taiwan kerap dilanda gempa bumi karena terletak di dekat persimpangan dua lempeng tektonik dan banyak yang terkonsentrasi di sepanjang pantai timur yang sebagian besar pedesaan dan berpenduduk jarang.
Wilayah ini juga menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan dengan pegunungan terjal, resor sumber air panas, dan pertanian yang tenang.
Pada tahun 2026 silam, lebih lebih dari 100 orang tewas dalam gempa bumi di selatan Taiwan. Korban gempa bumi terbesar sebelum gempa 2024, gempa berkekuatan M 7,3 pada 1999, bahkan lebih dari 2.000 orang.
Gempa tahun 1999 juga biasa disebut sebagai "gempa 921" karena terjadi pada 21 September. Gempa besar ini menjadi pendorong bagi pemerintah untuk merevisi peraturan bangunan dan memperkuat undang-undang penanggulangan bencana.
Tanggal 21 September kini ditetapkan sebagai hari latihan bencana di seluruh Taiwan. Pada hari tersebut, pemerintah mengirim simulasi peringatan palsu bencana seperti gempa bumi dan tsunami ke telepon genggam masyarakat. Sekolah-sekolah di seluruh pulau mengadakan latihan evakuasi.
Namun Tai Yun-fa, seorang insinyur struktur yang mengelola Alfa Safe Taiwan yang mengembangkan bahan bangunan tahan gempa, mengatakan bahwa meskipun pengetatan peraturan bangunan telah membantu mempersiapkan pulau ini dengan lebih baik dalam menghadapi bencana, beberapa pengembang masih mengambil jalan pintas.
"Fokus dalam hal pembangunan masih pada harga terendah, jadi dalam hal ini Anda tidak bisa mendapatkan kualitas terbaik,” katanya.