Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Badan Geologi Tampik Isu Gempa Tuban Bentuk Lagi Selat Muria

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menampik isu terbentuknya Selat Muria yang telah hilang sekitar 300 tahun yang lalu.
Anggota Babinsa bersiaga di sekitar bangunan terdampak gempa di Dagangan, Parengan, Tuban, Jawa Timur, Jumat (22/3/2024). Antara/Muhammad Mada
Anggota Babinsa bersiaga di sekitar bangunan terdampak gempa di Dagangan, Parengan, Tuban, Jawa Timur, Jumat (22/3/2024). Antara/Muhammad Mada

Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhammad Wafid menampik isu akan terbentuk kembalinya Selat Muria yang telah hilang sekitar 300 tahun yang lalu. 

Menurut Wafid, Selat Muria yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Muria dahulu tidak mungkin terbentuk dalam waktu dekat. 

Wafid menerangkan selat itu bisa kembali terbentuk apabila terdapat proses geologi yang dahsyat, seperti gempa bumi tektonik dengan berkekuatan besar.

"Di daerah pesisir Demak kecepatan land subsidence diperkirakan berkisar 5-11 sentimeter per tahun. Beberapa tempat di daerah pesisir memiliki elevasi yang lebih rendah dibanding muka air laut, sehingga bila terjadi banjir rob akan menjorok jauh masuk ke daratan,” kata Wafid lewat siaran pers, Sabtu (23/3/2024). 

Meski terjadi penurunan tanah di daerah Demak dan sekitarnya, kata Wafid, Selat Muria bukan berarti akan terbentuk kembali dalam waktu dekat. 

“Banjir saat ini yang lama surut, lebih dipengaruhi oleh iklim yakni curah hujan yang tinggi, adanya kerusakan infrastruktur," kata dia.

Wafid menjelaskan, tanggul dan kondisi lapisan tanah di bawah permukaan yang didominasi lapisan lempung lunak yang cenderung bersifat impermeable sehingga lama meloloskan air. 

Selain itu, terjadinya banjir rob juga menyebabkan banjir yang cukup tinggi di daerah pesisir dan akan mengalami genangan yang cukup lama. 

"Secara teori, Selat Muria mungkin saja terbentuk kembali, yakni apabila terjadi proses geologi yang dahsyat, misalnya terjadinya gempa bumi tektonik berkekuatan sangat besar yang menyebabkan terjadinya amblasan tiba-tiba (graben) dan mencakup areal yang luas," tuturnya.

Kendati demikian, Graben Land Subsidence atau penurunan tanah tidak cukup sebagai faktor penyebab Selat Muria terbentuk kembali. 

“Jikapun terjadi akan memerlukan waktu yang sangat lama (skala waktu geologi; ratusan sampai ribuan tahun) dan kecepatan penurunannya harus seragam mulai dari Demak hingga Pati,” tuturnya. 

Fakta di lapangan berdasarkan penelitian Badan Geologi memperlihatkan terdapat perbedaan kecepatan penurunan tanah, dimana pada daerah pesisir lebih cepat dibanding daratan. 

"Beberapa perkiraan faktor dominan kemungkinan akan kembali terbentuknya Selat Muria adalah terjadinya penurunan muka tanah yang besar yang juga disertai kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim serta terganggunya pola aliran sungai karena elevasi daratan lebih rendah dibanding muka air laut," kata dia. 

Gempa Tuban

Seperti diberitakan sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat 22 kali aktivitas gempa susulan atau aftershock usai gempa tektonik magnitudo 6,5 mengguncang wilayah Laut Jawa pada Jumat (22/3/2024) sore. 

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan hasil analisis menunjukkan episenter Gempa Tuban terletak di laut pada jarak 114 Km arah Timur Laut Tuban, Jawa Timur pada kedalaman 12 km. 

"Gempa bumi ini merupakan bagian rangkaian gempabumi Laut Jawa M 6,0 yang terjadi pada pukul 11:22:45 WIB. Hingga pukul 16.15 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 22 aktivitas gempabumi," kata Daryono, Jumat (22/3/2024).  

Daryono menuturkan, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif di Laut Jawa.

Adapun, dampak gempa bumi dirasakan di Pulau Bawean dengan intensitas V-VI MMI, di mana getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, barang-barang/pajangan terpelanting, terjadi kerusakan ringan.

Sementara itu, di daerah Blora, Madura, Gresik, Surabaya, Kab. Banjar dengan skala intensitas III-IV MMI. Kemudian, skala II-III dirasakan di daerah Mojokerto, Banjar Baru, Sampit, Banjarmasi, Martapura, Balikpapan, Tanah Grogot, Malang, Lumajang, Madiun, Nganjuk, Pasuruan. 

Selain itu, daerah Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Semarang juga terdampak dengan skala intensitas II-III MMI. Dampak di wilayah Yogyakarta, Kulon Progo, Kebumen, Temanggung, Blitar dan Solo dengan skala intensitas II MMI. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper