Bisnis.com, JAKARTA -- Perang Israel di Gaza telah berdampak buruk pada perekonomian Israel. Pada kuartal keempat 2023, ekonomi Israel terkontraksi hampir 20% dibandingkan kuartal sebelumnya.
Penurunan tersebut memang telah diprediksi, mengingat perang yang terjadi setelah serangan teroris 7 Oktober, namun penurunan tersebut lebih tinggi dari perkiraan.
Laporan pada November 2023 memperkirakan tingkat pertumbuhan PDB tahunan Israel sebesar 2,3%, menurut perkiraan dari Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi.
Melansir Fortune, tingkat pertumbuhan aktual PDB Israel adalah 2,0% pada 2023. Angka tersebut masih di bawah perkiraan dan angka sebelum 7 Oktober, yang menunjukkan pertumbuhan tahunan berada di jalur yang tepat untuk mencapai 3,5%.
Penurunan PDB Israel merupakan salah satu dampak jangka panjang serangan yang sedang dilakukan ke Gaza. Namun, diperkirakan ekonomi Israel bisa pulih pada kuartal pertama tahun dan sepanjang 2024.
Walaupun, mengingat durasi perang yang tidak pasti, angka-angka ini dapat mengalami perubahan lebih lanjut, yang dapat menimbulkan dampak besar terhadap perekonomian Timur Tengah dan global.
Baca Juga
Hasil yang lebih buruk dari perkiraan ini terutama didorong oleh dua sektor yang paling terkena dampak perang, yakni belanja konsumen dan investasi real estat. Konsumsi pada kuartal ini turun 26,9%.
Segera setelah kejadian 7 Oktober, sebagian besar wilayah Israel ditutup karena masalah keamanan. Banyak bisnis telah dibuka kembali sejak saat itu, namun kepercayaan konsumen masih rendah, yang berarti bahwa rumah tangga mengeluarkan lebih sedikit uang.
Pada November, kepercayaan konsumen terhadap Israel anjlok karena ancaman terkait perang tetap tinggi. Adapun, menurut firma riset pasar Ipsos, dari Oktober hingga November, Israel mengalami penurunan kepercayaan konsumen terbesar dari bulan ke bulan dibandingkan negara mana pun di dunia.
Pengeluaran Israel juga terdampak oleh fakta bahwa ribuan keluarga terpaksa mengungsi dari kota-kota perbatasan dekat Gaza dan di Israel utara dekat perbatasan Lebanon.
Sementara itu, situasi kehidupan mereka yang sulit telah mengurangi pengeluaran mereka.
Di pasar real estat, investasi turun drastis setelah perang menyebabkan pasar properti terpuruk menjelang akhir tahun 2023. Pada awal perang, di awal Oktober, beberapa analis memperkirakan sektor properti Israel akan mengalami kesulitan yang lebih parah dibandingkan sebelumnya, selama lockdown akibat Covid-19.
Penurunan investasi real estat serupa dengan penurunan di seluruh perekonomian, di mana investasi pendapatan tetap turun 68% pada kuartal tersebut.
Perekonomian Israel juga menghadapi tantangan pasar tenaga kerja. Sejak dimulainya perang, Angkatan Pertahanan Israel telah memanggil sekitar 400.000 tentara cadangan untuk bertugas di militer, sehingga mengalihkan upaya mereka dari tenaga kerja ke garis depan perang.
Sementara itu, banyak warga Palestina, terutama dari Tepi Barat, yang izin kerjanya ditangguhkan, sehingga berdampak buruk pada sektor konstruksi dan pertanian. Sektor pertanian Israel juga mempunyai banyak pekerja di luar negeri, terutama dari Thailand, yang hampir semuanya telah kembali ke negaranya sejak dimulainya perang.