Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Selain Catatan Manis, Ini Sisi Kelam Hilirisasi Nikel di Indonesia

Selain cerita manis, hilirisasi nikel juga menyisakan cerita kelam, salah satunya kecelakaan kerja yang memicu meninggalnya sejumlah pekerja.
Para pekerja ITSS sedang membantu mengevakuasi para korban menggunakan mobil pick up/dok. tangkapan layar X.com
Para pekerja ITSS sedang membantu mengevakuasi para korban menggunakan mobil pick up/dok. tangkapan layar X.com

Bisnis.com, JAKARTA – Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, terus mendorong pentingnya hilirisasi. Hilirisasi dianggap memiliki peran strategis untuk melakukan pemerataan ekonomi dan mengubah status Indonesia sebagai negara eksportir barang mentah.

Salah satu komoditas yang menjadi perhatian Gibran adalah hilirisasi nikel. Hilirisasi nikel harus terus dilanjutkan. Apalagi, Indonesia tercatat memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. 

“Indonesia ini negara besar, kita harus bersyukur Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya, di antaranya kita punya cadangan nikel, terbesar di dunia, timah terbesar nomor dua,” kata Gibran saat membuka debat cawapres di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (22/1/2024).

Gibran berpendapat, agenda hilirisasi yang tertuang menjadi salah satu dasar pemerataan pembangunan itu akan berdampak kepada terbukanya 19 juta lapangan pekerjaan untuk generasi muda dan kaum perempuan. 5 juta atau lebih dari 25% di antaranya adalah green jobs, yang dijelaskannya sebagai peluang kerja di bidang kelestarian lingkungan.

Sementara itu, jika ditilik dari dokumen Visi, Misi dan Program Prabowo-Gibran, hilirisasi termasuk dalam 8 misi atau Asta Cita yang dicanangkan oleh paslon usungan Koalisi Indonesia Maju (KIM) tersebut. Misi ke-5 berbunyi, “Melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.”

Lebih lanjut, dalam 17 program prioritas paslon nomor urut 2, misi itu disebut akan dilaksanakan dengan basis sumber daya alam dan maritim untuk membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya dalam mewujudkan keadilan ekonomi.

Hilirisasi diklaim telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah secara signifikan di wilayah yang memiliki SDA, dan Prabowo-Gibran mendorong pemerataan hal itu di daerah lain. Terkait ini, industri nikel disebut secara eksplisit.

“Hilirisasi yang sudah dilaksanakan seperti hilirisasi produk nikel akan dilanjutkan dan akan ditambah dengan hilirisasi bauksit, tembaga, timah, produk agro, serta produk maritim,” demikian kutipan penjelasan program itu.

Tak berhenti di situ, dalam penjabaran Asta Cita ke-5, terdapat rencana pembangunan infrastruktur sebagai perwujudan pengembangan hilirisasi untuk pusat pertumbuhan ekonomi baru.

“Melanjutkan program industrialisasi dan hilirisasi di berbagai sektor melalui pembangunan pabrik, smelter, dll,” bunyi poin tersebut.

Sisi Kelam Hilirisasi Nikel

Namun demikian, angan-angan menggenjot hilirisasi ini mesti dihadapkan dengan noktah hitam yang muncul dari industri nikel selama beberapa waktu terakhir. Dalam kurun waktu satu bulan saja, insiden kecelakaan tenaga kerja yang terjadi di smelter nikel terjadi lebih dari satu kali hingga memakan korban jiwa.

Pada Minggu (24/12/2023), terjadi kebakaran dan ledakan tungku smelter milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Berdasarkan catatan Bisnis, insiden itu menimbulkan 18 orang korban tewas yang terdiri atas 10 orang tenaga kerja Indonesia dan 8 tenaga kerja asing (TKA) asal China.

Tak hanya itu, sebanyak 46 korban terluka umumnya disebabkan karena terkena uap panas. Sejumlah 29 korban luka dirujuk ke RSUD Morowali, 12 orang sedang dilakukan observasi oleh Klinik IMIP, dan 5 orang rawat jalan.

Tiga minggu berselang, kebakaran smelter di kawasan industri Morowali kembali terulang. Tungku smelter milik PT Sulawesi Mining Investment (SMI) mengalami kebakaran pada Jumat (19/1/2024).

Berdasarkan laporan dari pengelola kawasan industri tempat PT SMI berada, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), kebakaran dipicu oleh lubernya cairan slag atau limbah.

"Pada Jumat, 19 Januari 2024 sekitar pukul 19.40 WITA, tungku 1 yang berada di smelter milik PT SMI meluap dan mengakibatkan cairan slag yang berada di dalam meluber dan merambat hingga ke lantai dasar smelter," kata manajemen IMIP, dikutip Senin (22/1/2024). 

Akibat kejadian itu, setidaknya tercatat dua orang karyawan dievakuasi lebih lanjut untuk mendapatkan observasi dan penanganan. Beruntungnya, usai kurang lebih 2 jam berada di instalasi klinik PT IMIP, kedua karyawan tersebut diizinkan pulang karena dinyatakan tak mengalami luka signifikan.

Selain dua insiden di Morowali itu, terdapat berbagai catatan kecelakaan kerja yang terjadi di smelter nikel beberapa daerah di Indonesia, utamanya akibat masalah aspek sektor keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta kurangnya mutu manajemen sumber daya manusia (SDM).

Dalam dokumen policy paper yang dirilis Centre of Law and Economic Studies (Celios) yang dirilis pada Juni 2023, kecelakaan kerja juga terjadi di smelter nikel di Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Konawe di Sulawesi Tengah, hingga Kabupaten Halmahera Tengah di Maluku Utara.

Berdasarkan data tersebut, di Kabupaten Bantaeng, terdapat 12 insiden yang menewaskan 3 orang dan menyebabkan 11 orang lainnya terluka.

Sementara itu, di Kabupaten Konawe, kecelakaan kerja terjadi di dua tempat dalam rentang tahun 2015 hingga 2022. Dari sembilan insiden, 7 orang dinyatakan meninggal karena kecelakaan kerja, sementara 2 lainnya diduga meninggal karena bunuh diri. Adapun, 3 insiden lainnya terjadi dalam rentang waktu 2020-2022, menewaskan 2 orang dan menyebabkan 3 terluka.

Insiden di Halmahera Tengah terjadi pada 2021 dan 2022. Dari sembilan insiden yang tercatat, 4 orang dinyatakan meninggal akibat kecelakaan kerja, 3 orang diduga meninggal karena bunuh diri, serta 18 orang menjadi korban luka.

“Implementasi dari pengawasan atas perlindungan, keselamatan, dan kesehatan para pekerja masih sangat rendah,” demikian kutipan dari dokumen Celios tersebut, dalam konteks kondisi ketenagakerjaan di industri pengolahan nikel.

Hal senada dikatakan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN), Ristadi. Dia mengatakan bahwa lagi-lagi, insiden seperti yang terjadi di Morowali merupakan alarm pengingat bahwa pelaksanaan K3 di perusahaan tambang masih sangat minim dan rentan menelan korban jiwa.

"Pemerintah harus lebih serius mau turun ke lapangan ke perusahaan-perusahaan untuk memastikan pelaksanaan K3 sesuai dengan standar aturan yang berlaku," kata Ristadi kepada Bisnis, Minggu (24/12/2023).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper