Bisnis.com, JAKARTA - Kehidupan manusia selalu dipenuhi dengan berbagai peristiwa yang mengundang pertanyaan dan keraguan akan takdir. Di tengah iman yang teguh pada takdir, ada keyakinan bahwa doa dan sedekah memiliki peran dalam mempengaruhi takdir, terutama dalam konsep Takdir Mubram dan Takdir Muallaq.
Pengertian Takdir Mubram
Takdir Mubram adalah keputusan Allah yang sudah pasti dan tidak dapat diubah oleh doa manusia. Berbeda dengan Takdir Muallaq yang merupakan keputusan yang masih tergantung dan bisa dipengaruhi oleh doa dan perbuatan manusia.
Dalam pandangan ahlusunnah wal jamaah asy’ariyah, Takdir Mubram dan Takdir Muallaq adalah bagian dari rencana Ilahi yang terdapat dalam Lauh Mahfuzh (Lembaran yang Terpelihara) dan sesuai dengan pengetahuan Allah.
Dikutip dari laman NU Online, doa dalam nisfu Syaban atau melalui bentuk sedekah dipercaya masyarakat dapat “mengubah” bala yang ditakdirkan Allah SWT akan menimpa mereka, terutama takdir muallaq yang realisasinya sangat berkaitan erat dengan doa.
والدعاء ينفع مما نزل ومما لم ينزل وإن البلاء لينزل ويتلقاه الدعاء فيتعالجان إلى يوم القيامة. والدعاء ينفع في القضاء المبرم والقضاء المعلق. أما الثانى فلا استحالة في رفع ما علق رفعه منه على الدعاء ولا في نزول ما علق نزوله منه على الدعاء
Artinya, “Doa bermanfaat terhadap apa yang datang dan apa yang belum datang (dari langit). Bala pun akan datang dan bertemu dengan doa. Keduanya (bala dan doa) senantiasa ‘berperang’ hingga hari qiamat. Doa bermanfaat pada qadha mubram dan qadha muallaq. Perihal yang kedua (qadha muallaq), maka tidak mustahil menghilangkan apa (putusan) yang penghilangannya digantungkan pada doa dan tidak mustahil mendatangkan apa (putusan) yang penghadirannya digantungkan pada doa,” (Lihat Syekh M Ibrahim Al-Baijuri, Tuhfatul Murid ala Jauharatit Tauhid, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun] halaman 91).
Baca Juga
Sementara itu, perihal takdir mubram meskipun doa tidak dapat menghilangkan bala, namun doa bisa meminimalisir terjadinya bencana atau bala.
وأما الأول فالدعاء وإن لم يرفعه لكن الله تعالى ينزل لطفه بالداعى كما إذا قضى عليه قضاء مبرما بأن ينزل عليه صخرة فإذا دعا الله تعالى حصل له اللطف بأن تصير الصخرة متفتتة كالرمل وتنزل عليه
Artinya, “Adapun perihal pertama (qadha mubram), (peran) doa meskipun tidak dapat menghilangkan bala, tetapi Allah mendatangkan kelembutan-Nya untuk mereka yang berdoa. Misalnya, ketika Allah menentukan qadha mubram kepada seseorang, yaitu kecelakaan berupa tertimpa batu besar, ketika seseorang berdoa kepada Allah, maka kelembutan Allah datang kepadanya, yaitu batu besar yang jatuh menimpanya menjadi remuk berkeping-keping sehingga dirasakan olehnya sebagai butiran pasir saja yang jatuh menimpanya,” (Lihat Syekh M Ibrahim Al-Baijuri, Tuhfatul Murid ala Jauharatit Tauhid, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun] halaman 91).
Perbedaan Takdir Mubram dan Takdir Muallaq
Pengaruh Doa: Takdir Mubram tidak dapat diubah oleh doa manusia, namun doa dapat memberikan kelembutan dari Allah dalam menghadapi bala yang sudah ditakdirkan. Di sisi lain, Takdir Muallaq masih terbuka untuk dipengaruhi oleh doa.
Kekuatan Penentuan: Takdir Mubram merupakan keputusan pasti yang sudah ditetapkan oleh Allah dan tidak dapat diubah. Sebaliknya, Takdir Muallaq adalah keputusan yang masih dapat berubah karena keterlibatan doa dan tindakan manusia.
Pandangan Muktazilah: Aliran Muktazilah tidak meyakini peran doa dalam mengubah takdir, namun mereka tetap menghormati Al-Quran sebagai wahyu Allah meskipun memiliki pandangan berbeda mengenai interpretasi doa dan ibadah.
Contoh Takdir Mubram
1. Kelahiran dan Kematian Manusia
Setiap individu dilahirkan dengan waktu, tempat, dan keluarga yang sudah ditentukan oleh Allah. Manusia tidak memiliki kendali atas kelahiran, seperti siapa orangtuanya, jenis kelamin, atau waktunya. Begitu pula dengan kematian, ajal setiap manusia telah ditetapkan oleh Allah dan takdir ini tidak bisa diubah. Al-Qur'an menjelaskan bahwa:
“Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.” (QS. Al A’raf: 34)
2. Fenomena Alam
Peristiwa alam seperti gunung meletus, gempa bumi, tsunami, dan lainnya adalah bagian dari takdir yang sudah diatur oleh Allah. Manusia tidak dapat menghindari atau mengubah fenomena alam ini karena telah menjadi keputusan Ilahi yang tak tergoyahkan seperti digambarkan dalam Al-Qur'an:
“Setiap bencana yang menimpa bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (lauhul mahfudz sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.” (QS. Al Hadid: 22)
3. Benda Alam
Benda-benda alam semesta seperti matahari, bulan, bintang, dan planet-planet bergerak sesuai dengan hukum alam yang telah ditetapkan oleh Allah. Pergerakan mereka terikat pada garis edarnya masing-masing dan tidak bisa berubah karena sudah menjadi bagian dari takdir-Nya.
4. Hari Kiamat
Hari Kiamat merupakan salah satu takdir mubram yang pasti terjadi di masa depan. Waktu pasti datangnya Kiamat hanya Allah yang mengetahuinya. Tidak ada yang bisa menjelaskan kapan Kiamat akan terjadi kecuali Allah. Manusia tidak memiliki pengetahuan pasti tentangnya.
“Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat: ‘Kapankah terjadi?’ Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadiny selain Dia. (Kiamat) itu sangat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba. ”Mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya pengetahuan tentang (Hari Kiamat) ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Al A’raf: 187).