Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Jenderal (Dirjen) Kerja Sama Asean Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI Sidharto Suryodipuro mengatakan bahwa isu konflik Myanmar tidak akan menyandera Asean, dan permasalahan tersebut sudah sejak awal disadari tidak bisa diselesaikan dengan cepat.
Dia mengatakan bahwa upaya diplomasi sangat intensif sudah dilakukan untuk Myanmar, dan memang tidak tampak di permukaan, tetapi upaya ini dijalankan terus-menerus dengan semua pihak.
“Yang penting dicatat di sini kita secara sadar mengatakan bahwa isu myanmar tidak akan menjadikan Asean sebagai sandera. Sejak awal tahun disadari bahwa isu myanmar tidak bisa diselesaikan secara cepat. Upaya diplomasi sangat intensif sudah dilakukan untuk Myanmar memang tidak selalu tampak di permukaan tapi upaya ini dijalankan secara terus-menerus dengan semua pihak,” katanya, dalam konferensi pers di Kemlu RI, Selasa (21/11/2023).
Dia menjelaskan bukti Myanmar tidak menyandera Asean adalah saat penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean di Indonesia, masih tetap bisa berjalan dengan baik meskipun persoalan dan konflik di Myanmar belum bisa diselesaikan.
“Walaupun ada persoalan Myanmar di Asean, tapi KTT kemarin bulan September di Jakarta, rangkaian KTT ke-43 menghasilkan 90 outcome document di berbagai aspek,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa tantangan utama Asean adalah merespons situasi geopolitik yang semakin meruncing. Namun dia menyatakan bahwa Asean memiliki strategic otonomi.
Baca Juga
“Upaya Asean kembali lagi adalah sebagaimana Asean konsisten sejak berdirinya tahun 1967, adalah kita memiliki strategic otonomi dan kita akan melakukan pendekatan secara aktif produktif kepada semua negara, kita tidak akan membatasi pada satu atau negara lain tersendiri,” tambahnya.
Namun, dia menjelaskan bahwa tantangan Asean juga adalah cara untuk bisa menjaga unity and centrality, dengan 10 negara ditambah Timor Leste adalah suatu kawasan yang sangat diverse, dari berbagai segi, sekarang tantangannya harus bisa mempertahankan unity dan centrality.
“Karena bagaimanapun juga konsensus itu kan makan waktu, proses musyawarah mufakat itu kan makan waktu, gimana caranya supaya bisa membuat ini lebih efisien,” ucapnya.
Dia menekankan bahwa Asean juga akan menkonkretkan kerja sama di berbagai bidang yang sudah diidentifikasi di bidang kesehatan, pangan, energi, stabilitas keuangan, kemudian agenda pembangunan ke depan seperti digital investment dan sebagainya.
Seperti diketahui, Myanmar mengalami konflik internal di negaranya dengan junta yang bersikeras untuk mengambil alih pemerintahan. Beberapa negara di Asean termasuk Indonesia sudah berupaya melakukan engagement dengan berbagai stakeholders di Myanmar, meski belum juga membuahkan hasil yang signifikan.