Bisnis.com, JAKARTA - Baskara Putra atau lebih dikenal dengan nama panggung Hindia kini tengah jadi sorotan di media sosial. Pasalnya beredar konser Hindia yang dianggap menyebarkan ajaran Satanic dan menggunakan simbol Illuminati.
Potongan video konser Hindia yang beredar di media sosial itu, menampilkan patung berwarna putih yang dianggap sebagai simbol satanis.
Diunggah oleh akun TikTok @sunflower, saat menyanyikan lagu bertajuk 'Matahari Tenggelam', Baskara meminta para penonton untuk menutup mata dengan kain yang sudah dibawa.
Kemudian lagu pun dinyanyikan, dan penonton ikut menyanyikan lirik Matahari Tenggelam, sementara di panggung muncul patung berwarna putih yang dianggap sebagai simbol satanis.
Makna LirikLagu Matahari Tenggalem
Semua yang kaucela
Semua yang kaubela
Baca Juga
Hak suaraku 'kan kauanggap responsif
Menahan diri dianggap lemah
Semuanya tak nyata
Kau pun termakan juga
Batin lapar, kau mudah digembala
Lihat sekarang engkau di mana
Oh, jelas hal ini memang tak ada
Karena kau tak pernah merasakannya
Aman, duduk manis, hanya tertawa
Laga dirimu di balik kaca
Hanya jika sampai ada karangan bunga
Aku akan berbelasungkawa
Dan apa kaudengar semalam di berita?
Ngomong-ngomong, kukenal dia juga
Kudoakan kita semua
Masuk neraka
Panjang umur
Matahari tenggelam
(Matahari tenggelam)
S'lamat datang malam
(S'lamat datang malam)
Panjang umur
(Turut berduka)
Panjang umur
(Turut berduka)
Matahari tenggelam
(Matahari tenggelam)
S'lamat datang malam
(S'lamat datang malam)
Panjang umur
(Turut berduka)
Panjang umur
(Turut berduka)
Matahari tenggelam
(Matahari tenggelam)
S'lamat datang malam
(S'lamat datang malam)
Panjang umur
(Turut berduka)
Panjang umur
(Turut berduka)
Lirik lagu tersebut sebetulnya tidak mengandung makna tertentu baik itu ajaran satanisme maupun yang lainnya.
Justru lagu "Matahari Tenggelam" menyorot tema protes, keluhan, depresi, dan bahkan kematian. Dalam lagu ini, Hindia berhasil mengeksplorasi ketidakadilan yang terjadi di antara manusia di dunia.
Jika kita mengorek lebih dalam, makna dari lagu Matahari Tenggalam adalah tentang suara protes yang dibawa oleh pihak yang tertindas kepada pihak yang menindas.
Dalam liriknya tergambar jelas sebuah protes terhadap ketidakadilan sosial yang terjadi. Makna mendalam dalam lagu ini sejalan dengan ciri khas Hindia yang selalu menyuarakan isu-isu sosial dalam karyanya.
Sementara mengetahui bandnya menjadi viral di sosial media, Baskara Putra menanggapi dengan santai melalui postingannya di akun sosial media pribadi di X (Twitter).
"Puji Tuhan dianggap Illuminati, apakah ini tandanya aku dianggap sukses," tulis Baskara pada akun X pada Selasa (14/11/2023).
Profil Hinda atau Baskara Putra
Nama lengkap dari musisi ini adalah Daniel Baskara Putra, namun ia lebih dikenal dengan panggilan Baskara Putra.
Ia memilih nama panggung Hindia untuk mewujudkan karya-karyanya di panggung musik Indonesia.
Baskara dilahirkan pada tanggal 22 Februari 1994, Baskara memulai perjalanan kariernya dalam musik dengan berbagai peran, mulai dari penyanyi, penulis lagu, produser rekaman, hingga menjadi komposer. Ia juga berperan sebagai vokalis grup musik.
Perjalanan karier Baskara dalam jagad musik dimulai saat ia mendirikan grup musik bernama Feast pada tahun 2012.
Namun, pada tahun 2018, Baskara memutuskan untuk beranjak sebagai penyanyi solo dan mengadopsi nama panggung "Hindia".
Langkah awal sebagai penyanyi solo ini membawa Baskara merilis sejumlah single yang mendapat apresiasi positif dari para penggemar musik.
Beberapa lagu yang cukup dikenal antara lain "No One Will Find Me" dan "Tidak Ada Salju di Sini". Kiprahnya semakin berkembang dengan merilis karya-karya lain seperti "Tinggalkan di Sana" dan "Jam Makan Siang" pada tahun 2019.
Pada 9 Januari 2023, Baskara atau yang akrab disapa Hindia masih terus berkontribusi dalam industri musik Indonesia dengan merilis sejumlah single yang berhasil menghiasi playlist di layanan streaming seperti Spotify.
Di balik kegemilangan karier musiknya, Baskara tidak hanya mengabdikan diri sebagai seorang musisi. Ia juga berhasil menyelesaikan pendidikan di Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Tak berhenti di situ, Baskara juga menjelma menjadi seorang pengusaha dengan mendirikan Sun Eater Coven, sebuah perusahaan label rekaman.