Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping sepakat untuk membuka saluran komunikasi presiden, melanjutkan komunikasi antar militer dan mengekang produksi obat fentanil, yang menimbulkan wabah "narkoba zombie" di AS.
Kedua pemimpin negara telah bertemu sekitar empat jam untuk membahas isu-isu yang menegangkan kedua negara. Kesepakatan tersebut juga memberikan kemajuan nyata, walaupun masih ada perbedaan terutama terkait Taiwan.
"Hanya berbicara, saling berterus terang satu sama lain sehingga tidak ada kesalahpahaman," kata Biden, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (16/11/2023).
Biden menuturkan bahwa keduanya kembali ke komunikasi langsung yang jelas dan terbuka secara langsung. Adapun, keduanya juga setuju untuk berkomunikasi dalam tingkat tinggi dan dapat mengangkat panggilan telepon secara langsung.
Terdapat terobosan yang signifikan dari pembicaraan tersebut, ketika kedua pemerintah berencana untuk melanjutkan kontak militer yang diputuskan China, setelah ketua DPR Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan pada Agustus 2022.
Kemudian, Biden dan Xi juga setuju bahwa China akan membendung ekspor barang-barang yang terkait dengan produksi obat fentanil opioid, penyebab utama kejadian overdosis di AS.
Baca Juga
"[Pembatasan fentanil] Ini akan menyelamatkan banyak nyawa," jelas Biden.
Menurut pejabat senior AS, berdasarkan perjanjian tersebut, China akan langsung menindak perusahaan kimia tertentu yang memproduksi prekursor fentanil di negaranya. Dia berjanji untuk mempercayai, namun memverifikasi tindakan China terkait obat tersebut.
Di lain sisi, Kedua pemimpin juga sepakat untuk mengumpulkan para ahli guna membahas risiko kecerdasan buatan atau artificial intelligent (AI).
Isu Taiwan vs China
Menurut pejabat AS, Xi menuturkan kepada Biden bahwa preferensi China adalah reunifikasi damai dengan pulau Taiwan yang diklaim China. Namun, Xi melanjutkan untuk berbicara tentang kondisi di mana kekuatan dapat digunakan.
Xi sendiri juga mendesak AS untuk berhenti mengirim senjata ke Taiwan, dan mendukung "reunifikasi" damai China dengan Taiwan.
Biden sendiri juga menekankan perlunya perlunya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, dan berargumen untuk mempertahankan status quo dan agar China menghormati proses pemilihan Taiwan.
Dia juga meminta Xi untuk menggunakan pengaruhnya dengan Iran untuk mendesak Teheran, untuk tidak meluncurkan serangan proksi terhadap target-target AS di Timur Tengah seiring dengan berlanjutnya konflik Israel-Hamas di Gaza.
Gedung Putih mengatakan bahwa Biden mengangkat isu-isu yang menjadi keprihatinan negaranya, termasuk warga negara AS yang ditahan, hak asasi manusia di Xinjiang, Tibet, dan Hong Kong, serta aktivitas agresif China di Laut Cina Selatan.