Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sejarah dan Penyebab Konflik Israel-Palestina hingga Terjadinya Perang

Berikut ini penjelasan lengkap mengenai penyebab konflik Israel-Palestina sampai terjadinya perang.
Kondisi Gaza Palestina semakin parah dengan banyaknya korban jiwa dan luka akibat serangan berat dari Israel/Reuters
Kondisi Gaza Palestina semakin parah dengan banyaknya korban jiwa dan luka akibat serangan berat dari Israel/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Serangan Hamas dengan nama Operasi Badai Al-Aqsa pada Sabtu (7/10), menjadi penanda semakin runcingnya konflik antara Israel dan Palestina. Serangan tersebut meluncurkan 5.000 roket ke wilayah Israel. Operasi ini dibalas oleh Israel dengan Operasi Pedang Besok dengan membombardir wilayah Palestina di jalur Gaza.

Awal Mula Berdirinya Zionis

Diketahui, konflik Israel-Palestina sudah berlangsung lebih dari seabad, salah satu akar dari konflik ini dapat ditelusuri kembali ke akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 ketika gerakan Zionisme mulai mendapatkan momentum. 

Gerakan ini bertujuan untuk membangun sebuah tanah air bagi umat Yahudi di Palestina yang pada waktu itu masih merupakan bagian dari Kekaisaran Ottoman. 

Dokumen kunci dalam perkembangan gerakan Zionisme adalah pamflet "The Jewish State" yang ditulis oleh Theodor Herzl (1860-1904), seorang Yahudi asal Austria-Hungaria. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk mendirikan sebuah tanah air bagi umat Yahudi di Palestina.

Padahal wilayah Palestina telah dihuni oleh mayoritas penduduk Arab, termasuk masyarakat Arab Palestina, komunitas Yahudi, dan Kristen selama berabad-abad. 

Ketegangan mulai meningkat seiring dengan meningkatnya imigrasi Yahudi ke Palestina. Pada tahun 1917, Deklarasi Balfour dikeluarkan oleh pemerintah Inggris selama Perang Dunia I. 

Deklarasi ini menyatakan dukungan untuk pembentukan "rumah nasional bagi orang Yahudi" di Palestina. Namun, hal ini semakin memperburuk konflik terkait hak atas tanah dan identitas di antara komunitas di wilayah Palestina.

Seorang pria membawa ember air di wilayah Gaza yang terkena serangan roket dari Israel/Hatem Moussa AP Photo
Seorang pria membawa ember air di wilayah Gaza yang terkena serangan roket dari Israel/Hatem Moussa AP Photo

Nasionalisme dan Identitas

Dikutip dari laman UIN Sunan Gunung Djati, nasionalisme juga memainkan peran penting dalam konflik Israel-Palestina. 

Kebangkitan gerakan nasionalis Yahudi dan Palestina ikut berkontribusi pada konflik identitas dan aspirasi. Gerakan Zionisme bertujuan untuk menciptakan negara Yahudi di Palestina, sementara nasionalisme Palestina bertujuan untuk mempertahankan identitas Arab dan hak atas tanah mereka.

Keputusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membagi Palestina pada tahun 1947 menjadi negara Yahudi dan negara Arab terpisah menjadi titik balik penting dalam konflik ini. 

Meskipun diterima oleh pemimpin Yahudi, keputusan ini ditolak oleh pemimpin Arab. Hal ini memicu perang besar antara pasukan Yahudi dan pasukan Arab. 

Hingga pada tahun 1948, negara Israel resmi didirikan. 

Hal ini mengakibatkan pengusiran massal sekitar sejuta warga Arab Palestina dari tanah mereka dan pendirian negara mayoritas Yahudi di tanah Palestina. Peristiwa ini, yang dikenal sebagai Nakba (bencana), masih menjadi kenangan yang sangat menyakitkan bagi masyarakat Palestina.

Konflik Arab-Israel tidak berakhir dengan pendirian negara Israel pada tahun 1948. Namun masih terjadi beberapa perang besar antara Arab dan Israel, termasuk Perang Enam Hari pada tahun 1967 dan Perang Yom Kippur pada tahun 1973, yang semakin memperumit situasi di wilayah Palestina. 

Nakba, atau Malapetaka Palestina, merujuk pada penghancuran dan pemindahan orang Palestina pada tahun 1948/Al Jazeera
Nakba, atau Malapetaka Palestina, merujuk pada penghancuran dan pemindahan orang Palestina pada tahun 1948/Al Jazeera

Berdirinya Organisasi Perlawanan di Palestina

Pendudukan Israel terhadap Tepi Barat dan Jalur Gaza pada tahun 1967 menciptakan ketegangan dan perlawanan terus-menerus dari kelompok-kelompok Palestina. Pada periode ini, muncul Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan Hamas sebagai kelompok-kelompok penting dalam konflik.

Selama beberapa dekade terakhir, banyak upaya internasional telah dilakukan untuk mencapai solusi damai atas konflik Israel-Palestina. Perjanjian Oslo pada tahun 1993 menciptakan Otoritas Palestina dan membuka jalan bagi negosiasi lebih lanjut. 

Namun, perjanjian damai selanjutnya sering kali gagal mencapai resolusi akhir. Isu-isu inti seperti status Yerusalem, hak kembalinya pengungsi Palestina, dan perbatasan antara negara Palestina dan Israel tetap menjadi kontroversial dan belum menemukan titik temu.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa konflik Israel-Palestina memiliki akar yang sangat dalam meliputi faktor-faktor sejarah, politik, dan budaya yang telah membentuk Timur Tengah modern dan campur tangan Barat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rendi Mahendra
Editor : Rendi Mahendra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper