Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Rusia Vladimir Putin akan mengambil sikap pro-Palestina dan mungkin akan menentang Israel dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Diketahui Hamas menyebut Putin sebagai teman terdekatnya saat mengumumkan pembebasan delapan sandera Rusia.
Menurut Abbas Gallyamov, mantan penulis pidato Putin dari tahun 2008 hingga 2012 yang tinggal di Tel Aviv, Putin akan melewati garis netralitasnya terkait konflik Israel-Palestina yang sudah lama ia pertahankan.
Gallyamov, yang dimasukkan dalam daftar buronan tersangka kriminal di Rusia pada awal tahun 2023 karena pernyataannya yang mengkritik invasi Rusia ke Ukraina, mengatakan kepada Daily Express US bahwa Presiden Rusia bahkan meminta Israel untuk membatalkan invasi daratnya di daerah kantong Gaza pada awal tahun ini.
Mantan penulis pidato tersebut juga menyebutkan bahwa sikap Putin yang semakin pro-Palestina bergantung pada Iran, karena akhir-akhir ini Rusia bergantung pada Teheran untuk pasokan senjatanya.
“Selama bertahun-tahun Putin dengan sangat cerdik menjaga jalan tengah antara Israel dan Iran, namun baru-baru ini Rusia menjadi tergantung pada Teheran karena pengiriman senjata... Dia kehilangan kesempatan untuk menjadi pemain independen. Kemungkinan besar Iran mengatakan 'Kami mendukung Anda di Ukraina, Anda mendukung kami di Timur Tengah'," kata Gallyamov kepada Daily Express US.
Baca Juga
Dengan perubahan sikap Rusia, Gallyamov menyebutkan kemungkinan Rusia berubah menjadi proksi Iran lainnya di Timur Tengah, seperti Hamas dan Hizbullah.
Gallyamov juga mengatakan bahwa dia tidak mengesampingkan kemungkinan Rusia memberikan uang dan senjata kepada kelompok militan Hamas.
"Saya tidak mengesampingkan hal ini. Ketika Anda menjadi proxy, Anda kehilangan kesempatan untuk melakukan jalur independen," katanya.
Pada hari Kamis, 26 Oktober, Moskow menggelar karpet merah untuk dua pemimpin senior Hamas yang paling terkemuka, Bassem Naeem dan Mousa Abu Marzouk, bersama dengan diplomat Iran Ali Bagheri Kani, hanya beberapa minggu setelah serangan teroris brutal Hamas di Israel yang memakan korban jiwa setidaknya 1.400 orang, sebagian besar warga sipil.
Kedua pemimpin tersebut mengadakan pembicaraan dengan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov, utusan khusus Putin di Timur Tengah. Bagheri Kani, Wakil Menteri Luar Negeri Iran, juga mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin tersebut saat mereka berada di Moskow.
Langkah ini menuai gelombang kritik ketika para pemimpin Barat khawatir mengenai dampak pertemuan tersebut. Kasra Aarabi, direktur United Against Nuclear Iran yang berbasis di AS mengatakan kepada The Telegraph bahwa pertemuan tersebut menandai poros teror baru dan yang akan datang melawan Barat.