Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Normalisasi Arab Saudi-Israel Picu Kemarahan Hamas dan Perang di Gaza

Arab Saudi dan Israel, bersama AS telah membahas kesepakatan untuk menormalisasi hubungan selama berbulan-bulan.
Pemandangan menunjukkan roket diluncurkan dari Jalur Gaza menuju Israel tengah, seperti yang terlihat dari Ashkelon di Israel selatan 19 Oktober 2023. REUTERS/Amir Cohen
Pemandangan menunjukkan roket diluncurkan dari Jalur Gaza menuju Israel tengah, seperti yang terlihat dari Ashkelon di Israel selatan 19 Oktober 2023. REUTERS/Amir Cohen

Bisnis.com, JAKARTA - Arab Saudi bersedia menormalisasi hubungan dengan Israel. Arab Saudi dan Israel, bersama Amerika Serikat (AS) telah membahas kesepakatan untuk menormalisasi hubungan selama berbulan-bulan.

AS telah menjelaskan bahwa hubungan resmi antara dua sekutunya di Timur Tengah itu menjadi prioritas utama.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyatakan normalisasi tersebut untuk kepentingan keamanan nasional. Dia mengunjungi Arab Saudi pada awal Juni dengan tujuan mendorong normalisasi tersebut.

Menurutnya, normalisasi dengan Israel sangat sulit, tetapi berkemungkinan akan terjadi, meski tidak dalam waktu dekat.

“Ini sangat menantang, sulit, bukan sesuatu yang bisa terjadi dalam semalam. Tetapi ini juga merupakan prospek yang nyata, dan kami sedang berupaya karena baik Saudi maupun Israel menginginkan memainkan peran khusus dalam upaya tersebut," ujarnya.

Meskipun tidak mencapai kesepakatan antara kedua negara selama kunjungannya ke wilayah tersebut, Blinken tetap menunjukkan bahwa pemerintahan Presiden AS Joe Biden terus melanjutkan upaya tersebut.

Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) juga mengatakan bahwa setiap hari hubungan negara tersebut akan semakin dekat, dengan kesepakatan normalisasi dengan Israel.

Adapun normalisasi Arab Saudi dengan Israel ini diduga menjadi pemicu utama Hamas meluncurkan serangan ke Israel, pada 7 Oktober 2023.

Melansir Reuters, Presiden AS Joe Biden mengatakan alasan Hamas menyerang Israel adalah untuk menghentikan normalisasi antara Arab Saudi dengan Israel.

“Salah satu alasan Hamas menyerang Israel, mereka tahu bahwa saya akan duduk bersama (Arab) Saudi,” kata Biden, Sabtu (21/10/2023).

Dia mengindikasikan militan Hamas meluncurkan serangan mematikan itu, karena Arab Saudi ingin mengakui Israel.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu dengan Biden di sela-sela Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada September lalu.

“Saya pikir di bawah kepemimpinan Anda, Tuan Presiden, kita dapat menjalin perdamaian bersejarah antara Israel dan Arab Saudi,” kata Netanyahu kepada Biden.

Alasan Normalisasi

Dosen Hubungan Internasional dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta Hestutomo Restu Kuncoro menegaskan ada empat alasan utama Arab Saudi ingin menjalin normalisasi dengan Israel.

Pertama, jaminan keamanan dari AS. Arab Saudi bertujuan untuk mengamankan perjanjian pertahanan resmi dengan AS sebagai bagian dari proses normalisasi. Menurutnya ini akan memberikan Arab Saudi dukungan keamanan yang lebih dari AS.

Kedua, untuk senjata canggih AS. Arab Saudi menginginkan akses ke senjata canggih AS, termasuk jet tempur F-35, untuk memperkuat kemampuan militer dan pertahanannya.

Ketiga, infrastruktur nuklir sipil. Menurutnya, Arab Saudi tertarik pada bantuan AS dalam mengembangkan program energi nuklir, termasuk kemampuan untuk pengadaan uranium untuk tujuan damai.

Keempat, legitimitasi di antara negara muslim. Normalisasi dengan Israel akan memberikan Arab Saudi legitimasi yang lebih besar di antara negara-negara mayoritas muslim lainnya, meningkatkan posisinya di wilayah tersebut.

Hestutomo menjelaskan bahwa normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel dapat mengubah lanskap geopolitik Timur Tengah, dengan menggabungkan dua pemain regional yang berpengaruh, potensial membentuk keseimbangan terhadap pengaruh Iran.

"Hal ini dapat menghasilkan kerja sama keamanan yang lebih besar, berbagi intelijen, dan upaya militer bersama untuk menangkal pengaruh Iran," katanya, Kamis (26/10/2023).

Selain itu, hubungan ekonomi dapat berkembang, dengan pertukaran teknologi, perdagangan, dan investasi yang menguntungkan kedua negara.

"Pengakuan diplomatik dari Arab Saudi dapat mendorong negara-negara Arab lainnya untuk mengikuti jejak, mengisolasi isu Palestina. Meskipun dapat berkontribusi pada stabilitas regional, reaksi dari Iran dan Turki akan memainkan peran penting," ujarnya.

Dia menjelaskan bahwa konflik Israel-Palestina tetap menjadi titik kontroversial, berpotensi merenggangkan hubungan Arab Saudi dengan Palestina. Kedua negara akan menghadapi reaksi dalam negeri, dan keterlibatan AS diharapkan akan signifikan dalam memfasilitasi proses ini, dengan potensi memengaruhi aliansi dan rivalitas regional yang ada.

Dikatakan, bahwa normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel memiliki beberapa dampak negatif, termasuk mengancam dukungan tradisional Arab Saudi terhadap perjuangan Palestina, yang bisa merenggangkan hubungan dengan Palestina dan mendapatkan kritik dari masyarakat Arab.

Sementara itu, untuk peluang terjadinya normalisasi antara Arab Saudi dengan Israel, dia menjelaskan bahwa sebenarnya sebelum serangan Hamas, normalisasi dalam arti yang sebenarnya juga belum tentu terjadi.

Menurutnya, setelah serangan Hamas ke Israel, kemungkinan untuk terjadinya normalisasi itu menjadi semakin kecil.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper