1. Status Kepemilikan Jalur Gaza
Jalur Gaza adalah salah satu wilayah yang dihuni oleh penduduk Palestina, dan penduduknya sebagian besar adalah orang Palestina. Mereka memiliki aspirasi untuk mendirikan negara Palestina yang merdeka dan merasa bahwa Jalur Gaza adalah bagian dari wilayah yang ingin mereka sertakan dalam negara mereka.
Baik Israel maupun Palestina memiliki klaim sejarah terhadap wilayah tersebut. Sejarah, budaya, dan agama keduanya memiliki akar di daerah tersebut, yang menyebabkan persaingan untuk mengendalikan wilayah ini.
Pada tahun 2007, terjadi konflik politik antara Hamas (sebuah kelompok Palestina yang menguasai Jalur Gaza) dan Fatah (yang menguasai Tepi Barat). Ini mengakibatkan pemisahan politik yang memperumit situasi. Sementara, Jalur Gaza memiliki nilai strategis karena berbatasan dengan Mesir dan Israel.
Beberapa upaya perdamaian telah dilakukan, tetapi hingga saat ini, konflik tersebut belum terselesaikan, dan status Jalur Gaza masih menjadi poin sengketa dalam perundingan antara Palestina dan Israel.
2. Gaza sebagai Penjara Terbuka Terbesar di Dunia
Jalur Gaza sering disebut sebagai penjara terbuka terbesar di dunia oleh banyak pengamat dan organisasi kemanusiaan. Hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor yang menciptakan kondisi yang sangat terbatas dan terisolasi bagi penduduknya.
Israel dan Mesir telah memberlakukan blokade ekonomi, udara, dan laut terhadap Jalur Gaza sejak tahun 2007. Ini berarti bahwa pergerakan orang dan barang ke dan dari Jalur Gaza sangat dibatasi. Blokade ini telah mengakibatkan kesulitan dalam mendapatkan bahan makanan, obat-obatan, dan barang-barang lainnya.
Baca Juga
Selain itu, Israel mengendalikan perbatasan utara dan timur Jalur Gaza, termasuk perbatasan dengan Israel sendiri. Ini berarti bahwa penduduk Jalur Gaza tidak dapat bepergian ke Israel atau Tepi Barat tanpa izin khusus, yang jarang diberikan.
Penduduk Jalur Gaza menghadapi pembatasan mobilitas yang serius. Mereka sulit bepergian ke luar Jalur Gaza, termasuk pergi ke luar negeri. Ini membuat Jalur Gaza seperti "penjara" karena penduduknya terjebak di wilayah yang sangat terbatas.
Keterbatasan pergerakan barang, penduduk Jalur Gaza menghadapi kesulitan dalam mendapatkan sumber daya penting seperti air bersih, listrik, dan bahan konstruksi. Terlebih, akses terbatas ke pasar kerja di luar Jalur Gaza dan pembatasan ekonomi akibat blokade telah mengakibatkan tingkat pengangguran yang tinggi di wilayah ini.