Bisnis.com, JAKARTA -- Sepekan berlalu setelah aksi militer besar-besaran dilayangkan pejuang Palestina, Hamas terhadap Israel pada Sabtu (7/10/2023). Kini, situasi perbatasan Jalur Gaza dan Israel kian memanas dan ribuan orang tewas buntut balas-membalas serangan militer.
Mulanya, Hamas menyatakan siap berperang dan meluncurkan 5.000 roket ke Israel. Setidaknya 200 warga Israel disebut telah terluka dan beberapa di antaranya tewas. Membalas serangan tersebut, Israel menyatakan kesiapan perang.
Dikutip dari Al Jazeera, Sabtu, serangan udara Israel ke Jalur Gaza bertubi-tubi hingga menewaskan korban 1.900 orang yang mancakup 614 anak-anak dan 370 perempuan, serta 7.696 orang ditemukan luka-luka sejak sepekan lalu.
Di samping situasi panas perang yang masih berlangsung hingga saat ini, Jalur Gaza yang merupakan bagian dari teritori Palestina kembali disoroti karena menjadi bidikan utama serangan militer Israel.
Jalur Gaza menjadi medan tempur yang telah memakan banyak korban jiwa dari pihak Palestina. Tercatat sejumlah serang besar telah terjadi di Jalur Gaza pada 2008, 2012, 2014, dan 2021.
Terisolasinya Gaza membuat para pemukim tidak dapat membangun kembali bangunan-bangunan yang telah hancur akibat perang. Material konstruksi seperti baja, dan semen tak dapat mencapai Gaza.
Baca Juga
Israel telah mengerahkan hampir seluruh kekuatan militernya di Gaza, termasuk penggunaan senjata yang dilarang secara internasional, seperti gas fosfor pada 2008.
Sejarah kelam di Gaza telah dilakukan Israel dengan membunuh lebih dari 2.100 warga Palestina, termasuk 1.462 sipil dan 500 anak-anak pada perang 2014.
Sejarah Jalur Gaza
Jalur Gaza merupakan rumah bagi 2,3 juta orang Palestina yang tersebar di 5 provinsi yakni Gaza Utara, Kota Gaza, Deir el-Balah, Khan Younis, dan Rafah. Gaza dikenal sebagai sarang konflik yang tak memiliki status hukum jelas, sementara secara de facto dikuasai Hamas.
Wilayah ini berbatasan langsung dengan Israel (sebelah timur dan Mesir (sebelah barat daya) di pantai Mediterania. Adapun, jalur ini terbentang seluas 365 kilometer persegi dengan panjang 41 km dan dibutuhkan waktu kurang dari 1 jam untuk berkendara dari Rafah ke Beit Hanoon di Utara.
Selama ribuan tahun, Gaza menjadi rebutan berbagai dinasti. Wilayah ini memiliki sejarah panjang yang mencakup periode Mesir Kuno, Kekaisaran Romawi, dan Kekaisaran Bizantium. Pada abad ke-16, Jalur Gaza menjadi bagian dari Kekaisaran Ottoman dan tetap di bawah kendali Ottoman selama berabad-abad.
Mulanya, konflik di jalur Gaza terpantik akibat kekalahan Dinasti Turki Ustmani pada perang tahun Perang Dunia I abad ke-16 tahun 1917 melawan pasukan Inggris. Setelah Perang Dunia I, Jalur Gaza menjadi bagian dari Mandat Palestina yang dikelola oleh Britania Raya.
Turki menyerahkan tanah Palestina itu ke Inggris, kemudian pemerintah Inggris memberikan wilayah tersebut kepada kaum Yahudi sebagai bentuk pendirian tanah air mereka. Hal ini termaktub dalam Deklarasi Belfour pada 2 November 1917.
Ketika kolonial pemerintahan Inggris berakhir di Palestina pada 1948, kekerasan antara Yahudi dan Arab bergejolak hingga puncaknya pada perang Israel pada 1948. Konflik Israel-Palestina meletus setelah pendirian negara Israel. Jalur Gaza menjadi bagian dari Wilayah Palestina dan dikelola oleh Mesir.
Perserikatan Bangsa-Bangsa membentuk badan pengungsi, UNRWA, yang saat ini menyediakan layanan bagi 1,6 juta pengungsi Palestina yang terdaftar di Gaza, serta bagi warga Palestina di Yordania, Lebanon, Suriah, dan Tepi Barat.
Selama Perang Enam Hari tahun 1967, Israel merebut Jalur Gaza dan Tepi Barat dari Mesir dan Yordania. Jalur Gaza dikuasai oleh Israel hingga 2005. Pada tahun 2005, Israel menarik diri secara sepihak dari Jalur Gaza, mengakhiri pendudukan militer, tetapi tetap mengendalikan perbatasan dan wilayah udara.
Pada tahun 2007, Hamas merebut kekuasaan di Jalur Gaza setelah konflik internal dengan Fatah. Ini mengakibatkan pemisahan politik antara Jalur Gaza dan Tepi Barat yang dikuasai oleh Fatah. Israel dan Mesir memberlakukan blokade terhadap Jalur Gaza sejak 2007, yang menghambat pergerakan manusia dan barang.
Jalur Gaza telah menjadi tempat konflik berulang antara Israel dan kelompok-kelompok seperti Hamas, dengan serangkaian serangan udara dan operasi militer.
Sejarah Jalur Gaza penuh dengan ketegangan dan konflik yang kompleks. Wilayah ini terus menjadi fokus perhatian internasional dalam konteks konflik Israel-Palestina.