Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Investasi Bahlil Lahadalila menyebut peluang kerja sama Indonesia dengan produsen baterai kendaraan listrik asal Inggris, Britishvolt, terancam batal.
Bahlil mengungkapkan bahwa hal itu dikarenakan belum adanya perkembangan signifikan dari peluang yang terjadi.
"Kalau Britishvolt sampai sekarang kami belum melakukan tindakan yang maju karena kondisi global," katanya kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (10/10/2023).
Bahlil menegaskan bahwa kelanjutan invetasi Britishvolt di Indonesia belum menunjukan arah kepastian.
Sekadar informasi, Britishvolt awalnya diyakini menjadi salah satu investor pabrik baterai kendaraan listrik di Indonesia dengan menggandeng Grup Bakrie melalui anak usaha PT Bakrie & Brothers, PT Vektor Mobiliti Indonesia (VKTR) yang merupakan spin-off dari PT Bakrie Autoparts.
Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman kerja sama di bidang elektrifikasi kendaraan ini dilakukan oleh Anindya N. Bakrie mewakili VKTR dan CEO BritishVolt Orral Nadjari di London, Inggris, pada Maret 2022.
Baca Juga
Kendati demikian, startup yang baru berusia tiga tahun tersebut terancam kolaps setelah gagal mendapatkan investor untuk membangun gigafactory baterai kendaraan listrik impiannya yang membutuhkan investasi jumbo senilai £3,8 miliar atau sekitar Rp70 kuadriliun.
Dikutip melalui The Guardian, Britishvolt pada Oktober 2022 mulai kehabisan uang tunai untuk membiayai proyek gigafactory-nya. Britishvolt dilaporkan hanya memiliki dana tunai untuk operasional selama satu bulan ke depan.
Untuk menghindari kebangkrutan, Britishvolt mengajukan pendanaan jangka pendek £30 juta sekitar Rp553,8 miliar kepada pemerintah Inggris, tetapi permintaan itu ditolak.