Bisnis.com, JAKARTA - China berencana memperluas stasiun luar angkasanya menjadi enam modul dalam beberapa tahun ke depan.
Hal itu akan memberikan alternatif platform bagi para astronot untuk misi dekat Bumi, sekaligus menyaingi Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) yang dipimpin NASA yang masa pakainya akan segera berakhir.
Masa operasional stasiun luar angkasa China diperkirakan akan lebih dari 15 tahun, kata Akademi Teknologi Luar Angkasa China (CAST) yang merupakan unit kontraktor luar angkasa utama China di Kongres Astronautika Internasional ke-74 di Baku, Azerbaijan, pada Rabu (4/10/2023).
Padahal, China sebelumnya mengumumkan bahwa masa operasional stasiun angkasa itu hanya sekitar 10 tahun.
Stasiun dengan nama Tiangong (atau Istana Surgawi dalam bahasa China) itu telah beroperasi penuh sejak akhir 2022, menampung maksimal tiga astronot pada ketinggian orbit hingga 450 km.
Dengan berat 180 metrik ton setelah diperluas menjadi enam modul, berat Tiangong ini “hanya” 40 persen dari berat ISS yang dapat menampung tujuh astronot. Namun, ISS yang telah mengorbit selama lebih dari dua dekade ini diperkirakan akan dinonaktifkan setelah 2030.
Baca Juga
Media pemerintah China mengatakan ketika Tiangong mulai beroperasi penuh pada tahun lalu, bahwa China tidak akan “membungkuk” ketika ISS akan segera nonaktif. Mereka menambahkan bahwa beberapa negara telah mengajukan diri untuk mengirim astronot ke stasiun China.
Namun, sebagai pukulan untuk diplomasi luar angkasa China, Badan Antariksa Eropa (ESA) mengatakan tahun ini mereka tidak akan berpartisipasi di Tiangong, kembali menunda rencana kunjungan astronot Eropa itu selama bertahun-tahun.
“Menghentikan kerja sama dengan China dalam bidang antariksa jelas merupakan tindakan yang tidak bijaksana, yang menunjukkan bahwa konfrontasi yang dipimpin AS telah menyebabkan perlombaan antariksa baru,” tulis Global Times, sebuah tabloid nasionalis China pada saat itu, dikutip dari CNA pada Kamis (5/10/2023).
Tiangong telah menjadi ikon pengaruh dan kepercayaan China terhadap diplomasi luar angkasanya, serta menjadi penantang Amerika Serikat dalam bidang tersebut setelah diisolasi dari ISS.
Perusahaan ini dilarang oleh undang-undang AS untuk melakukan kolaborasi apa pun, baik langsung maupun tidak langsung, dengan NASA.
Rusia, salah satu anggota ISS, memiliki rencana diplomasi luar angkasa yang serupa. Rusia menyarankan agar mitranya yang tergabung dalam kelompok BRICS (Brasil, India, China, dan Afrika Selatan) dapat turut membangun modul untuk stasiun luar angkasa.
Sebelumnya, Roscosmos atau badan antariksa Rusia tahun lalu berencana membangun stasiun luar angkasa yang terdiri dari enam modul yang dapat menampung hingga empat personel.