Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Usai Dituduh Manipulasi Informasi, China Minta AS Bersikap Kondusif untuk Dialog

China berharap Amerika Serikat (AS) akan "melakukan lebih banyak hal" yang kondusif bagi dialog kedua negara.
Bendera Amerika Serikat dan China dipasang sebelum pertemuan antara Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng di Wisma Negara Diaoyutai di Beijing, Tiongkok, Sabtu, 8 Juli 2023./Reuters
Bendera Amerika Serikat dan China dipasang sebelum pertemuan antara Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng di Wisma Negara Diaoyutai di Beijing, Tiongkok, Sabtu, 8 Juli 2023./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – China berharap Amerika Serikat (AS) akan "melakukan lebih banyak hal" yang kondusif bagi dialog kedua negara, hanya beberapa hari setelah AS membuat marah China dengan tuduhan manipulasi informasi.

Komunikasi antara pejabat kedua negara itu telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, sebuah perkembangan dari hubungan yang tegang selama bertahun-tahun akibat isu seperti Taiwan, asal muasal Covid-19, dan tuduhan mata-mata China.

“Kami berharap Amerika Serikat akan menemui jalan tengahnya, melakukan lebih banyak hal yang kondusif bagi dialog China-AS,” kata Kementerian Luar Negeri China sebagaimana dikutip dari Reuters, Senin (2/10/2023).

Dalam pernyataan yang sama, China selalu memandang hubungan dua arah dengan bentuk saling menghormati, hidup berdampingan secara damai, dan kerja sama yang saling menguntungkan.

Pernyataan itu muncul sebagai tanggapan atas pesan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pekan lalu yang mengharapkan “perdamaian, kebahagiaan, dan kemakmuran” bagi rakyat China menjelang libur Hari Nasional pada Minggu.

Meskipun Blinken menyambut baik kerja sama China dalam mengatasi tantangan bersama dalam bidang iklim, kesehatan masyarakat, pemberantasan narkotika, ketahanan pangan, dan stabilitas makroekonomi global, dia tidak menyebutkan adanya kerja sama apa pun di bidang teknologi.

Dia bawah pemerintahan Joe Biden, AS telah membatasi ekspor chip ke China dengan alasan untuk menolak akses Beijing terhadap teknologi canggih yang dapat meningkatkan kemajuan militer atau pelanggaran hak asasi manusia. Di sisi lain, China membalas dengan tuduhan pemaksaan ekonomi.

Laporan Departemen Luar Negeri Amerika yang diterbitkan pada Kamis menuduh China menghabiskan miliaran dolar setiap tahunnya untuk upaya manipulasi informasi, sehingga mendorong Kementerian Luar Negeri China untuk menyebut Amerika Serikat sebagai “kerajaan kebohongan”.

Namun, pernyataan kementerian pada Senin tidak menyebutkan laporan departemen luar negeri sebelumnya.

Meskipun sesekali terjadi gesekan, muncul harapan bahwa komunikasi kedua belah pihak baru-baru ini dapat membantu membuka jalan bagi pertemuan antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping pada akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper