Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Xi Jinping Enggan Bertemu Biden Gegara Ekonomi China Merosot? Ini Kata Analis

Analis berargumen bahwa kemerosotan ekonomi domestik China dan rasa takut dipermalukan AS menghalangi Xi Jinping untuk bertemu dengan Joe Biden.
Presiden China Xi Jinping (kiri) dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden (kanan) berjabat tangan ketika melakukan pertemuan bilateral di sela-sela acara KTT G20, Bali, Senin (14/11/2022)./Bisnis-Youtube
Presiden China Xi Jinping (kiri) dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden (kanan) berjabat tangan ketika melakukan pertemuan bilateral di sela-sela acara KTT G20, Bali, Senin (14/11/2022)./Bisnis-Youtube

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah analis berargumen bahwa kemerosotan ekonomi domestik China dan rasa takut dipermalukan oleh Amerika Serikat (AS) dapat menghalangi Presiden Xi Jinping untuk bertemu dengan Joe Biden pada akhir tahun 2023, ketika China tengah mempertimbangkan pertemuan puncak antara kedua pemimpin tersebut.

Kendati demikian, mereka berpendapat bahwa interaksi antara pejabat penting China dan AS belakangan ini serta keinginan baru akan stabilitas China telah meningkatkan harapan akan pertemuan Xi-Biden.

Dilansir dari CNA pada Senin (2/10/2023), kedua negara tersebut sedang berupaya mencapai kompromi diplomatik yang dapat membuka jalan bagi pertemuan antara kedua pemimpin tersebut pada KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di San Francisco akhir tahun 2023.

Menurut laporan South China Morning Post, China belum mengonfirmasi kehadiran Xi pada pertemuan November mendatang karena belum mendapatkan komitmen tertentu dari AS, termasuk menghindari tindakan yang dianggap provokatif.

Pada Selasa (26/9/2023), Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan pihaknya tengah berkomunikasi dengan semua pihak mengenai kehadiran Xi di KTT tersebut, dan keputusan akan diumumkan pada waktunya.

Wang mengatakan bahwa China berharap AS dapat menunjukkan keterbukaan, keadilan, inklusivitas, dan tanggung jawab untuk menciptakan kondisi yang lebih baik demi kesuksesan pertemuan puncak.

Di sisi lain, Daniel Russel, mantan diplomat AS yang menjadi penasihat Biden pada pertemuan sebelumnya dengan Xi, mengatakan China seringkali tidak menjelaskan secara jelas tentang kehadiran pemimpinnya sebagai suatu cara untuk mempertahankan pengaruhnya.

“Mereka percaya apabila menunjukkan semangat, hal itu akan memberikan keuntungan bagi pihak lainnya. Sementara itu, kehadiran di APEC nanti dianggap dapat mendorong pihak lain untuk bertindak dengan menahan diri,” kata Russel, yang kini menjabat Wakil Presiden Asia Society Policy Institute.

Robert Daly, Direktur Kissinger Institute on China and The United States, berpendapat bahwa China mengupayakan hubungan yang tidak terlalu bergejolak dengan AS, tetapi tanpa cara tertentu.

Menurutnya, pemerintah China menginginkan jaminan bahwa AS tidak akan mempermalukan Xi menjelang pertemuan APEC. Hal-hal seperti kritik Gedung Putih terhadap China, dukungan terhadap Taiwan, dan pengumuman pembatasan ekspor lebih lanjut yang ditujukan kepada China dapat ditafsirkan sebagai tindakan tidak tulus yang dapat mempermalukan atau menyinggung Xi.

“Setiap kali AS mengeluarkan kontrol ekspor, mengkritik catatan hak asasi manusia China dan menyebut Xi sebagai diktator, kemungkinan kehadirannya semakin kecil,” kata Daly.

Shi Yinhong, seorang profesor Hubungan Internasional di Universitas Renmin di Beijing, mengatakan kemungkinan besar China sedang mempertimbangkan berbagai faktor dalam memutuskan apakah Xi harus hadir.

Perekonomian China yang melambat dapat menjadi salah satu alasan mengapa Xi tidak dapat menghadiri forum-forum internasional, yang sebagian besar berfokus pada perekonomian global, termasuk forum APEC dan KTT G20 yang baru saja selesai di India.

Xi tidak menghadiri pertemuan terakhir, justru mengirim Perdana Menteri Li Qiang.

“Perekonomian China sedang mengalami beberapa kesulitan dan para pemimpin China berekspektasi negara-negara, terutama negara-negara Barat, akan berbicara negatif mengenai kemerosotan ekonomi itu,” kata Shi.

Jika menghadiri pertemuan APEC, Xi mungkin juga harus menghadapi pihak-pihak yang sulit, mengacu pada bagaimana China memiliki hubungan yang relatif rumit dengan negara-negara yang akan menghadiri KTT tersebut. Hal ini termasuk negara-negara Asia Tenggara yang dianggapnya condong ke arah AS dalam beberapa tahun terakhir.

Shi juga menyatakan tidak banyak manfaat yang diperoleh dari pertemuan Xi-Biden. Dia mencatat bahwa hubungan AS-China telah memburuk dan kian parah sejak Xi terakhir kali bertemu Biden di sela-sela G20 di Indonesia pada November.

Hal ini dapat memperkuat keyakinan China bahwa meskipun kedua pemimpin itu bertemu lagi, hubungan yang tegang antara kedua negara tidak akan berubah, katanya.

Russel mengamini hal ini. Menurutnya, Xi mungkin bertanya-tanya apakah pertemuan dengan Biden di San Francisco dapat menghasilkan manfaat yang signifikan dan bertahan lama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper