Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terjerat Kasus Penipuan, Kerajaan Bisnis Trump Terancam!

Nilai jual Donald Trump sebagai calon presiden AS adalah latar belakangnya sebagai pengusaha. Namun, kerajaan bisnisnya kini berada dalam bahaya.
Beredar foto mantan Presiden AS Donald Trump menyerahkan diri dan ditahan di Penjara Fulton County di Atlanta pada hari Kamis, 24 Agustus 2023. Trump dituduh oleh Jaksa Wilayah Fani Willis melakukan rencana untuk menumbangkan keinginan pemilih di Georgia dalam upaya putus asa untuk mencegah Joe Biden menduduki Gedung Putih./Istimewa
Beredar foto mantan Presiden AS Donald Trump menyerahkan diri dan ditahan di Penjara Fulton County di Atlanta pada hari Kamis, 24 Agustus 2023. Trump dituduh oleh Jaksa Wilayah Fani Willis melakukan rencana untuk menumbangkan keinginan pemilih di Georgia dalam upaya putus asa untuk mencegah Joe Biden menduduki Gedung Putih./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai jual Donald Trump sebagai calon presiden Amerika Serikat (AS) pada 2016 adalah latar belakangnya sebagai pengusaha. Namun, kerajaan bisnisnya kini berada dalam bahaya setelah hakim AS memutuskan pada Selasa (26/9/2023) bahwa Trump terlibat dalam kasus “penipuan terus-menerus dan berulang-ulang”.

Keputusan yang juga menjerat anak-anak Trump dan Trump Organization itu bermula dari kasus yang diajukan oleh Jaksa Agung New York Letitia James, yang akan disidangkan pada Senin (1/10/2023).

Dalam kemenangan parsial James, Hakim Arthur Engoron menemukan telah terjadi penambahan nilai yang berlebihan terhadap aset seperti Trump Tower dan properti lainnya demi memuluskan negosiasi dengan bank.

Selain menyatakan Trump dan anak-anaknya melakukan penipuan, hakim juga mencabut izin usaha mereka dan meminta para pihak mengusulkan kurator untuk mengatur pembubaran perusahaan yang bersangkutan.

James menuntut denda sebesar US$250 juta dan juga pemecatan Trump beserta anak-anaknya dari manajemen Trump Organization.

Keputusan awal Engoron ini membahayakan kendali bisnis Trump, tidak hanya atas Trump Tower, tetapi juga restoran, butik, serta properti komersial kelas atas lainnya.

Meskipun belum jelas bagaimana tindak lanjut terhadap aset Trump yang terkena dampak keputusan tersebut, hal ini merupakan pukulan telak bagi miliarder Partai Republik itu.

“Dengan adanya keputusan ini, kemampuan Trump untuk melakukan bisnis di Negara Bagian New York telah berakhir,” kata profesor hukum Universitas Pace, Bennett Gershman, dikutip dari CNA pada Kamis (28/9/2023).

Dia menerangkan bahwa pengawas yang ditunjuk dapat mengelola properti milik Trump yang terdampak, karena pada dasarnya Trump dan organisasinya tidak akan diberikan izin pengelolaan lagi.

Di sisi lain, pengacara eks-presiden AS itu segera mengajukan banding, sembari menuduh Hakim Engoron mencoba "menasionalisasi salah satu kerajaan korporasi paling sukses di Amerika Serikat dan menguasai properti pribadi."

Menurut majalah Forbes, real estate di New York yang dimiliki pria berusia 77 tahun itu mewakili US$720 juta dari kekayaannya yang berjumlah US$2,5 miliar. Di luar New York, Trump Organization mengelola hotel dan klub mewah, termasuk kediaman Trump di Mar-a-Lago di Palm Beach, Florida.

Menurut Will Thomas, asisten profesor hukum bisnis di Universitas Michigan, keputusan tersebut merupakan pukulan simbolis terhadap kisah yang diceritakan Trump tentang jati diri sebagai seorang pengusaha.

“Kita telah melihat bahkan sebelum dia menjadi presiden, Donald Trump sangat peduli dengan kekayaan bersihnya sebagai cerminan bakatnya,” kata Thomas.

Namun, jika urusan bisnis Trump merupakan kunci untuk membantunya memenangkan kursi presiden AS pada 2024, tidak jelas apakah potensi pembubaran kerajaan bisnisnya akan merugikannya kali ini.

Sebagai informasi, kasus penipuan tersebut tidak termasuk dalam empat kasus pengadilan terberatnya saat ini, antara lain penimbunan dokumen rahasia AS dan upaya untuk membatalkan hasil Pilpres 2020.

Terlepas dari rentetan kasusnya itu, Trump masih dianggap menjadi favorit Partai Republik dalam persaingan untuk menantang Joe Biden pada kontestasi pilpres 2024 mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper