Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa pemerintah tengah berencana untuk menutup pembangkit energi privat milik sektor manufaktur, untuk menekan polusi yang ada di DKI Jakarta.
Menurutnya, langkah tersebut merupakan bagian dari strategi penurunan polusi di DKI Jakarta. Meski begitu, dia melanjutkan bahwa pemerintah kini dengan mengidentifikasi pembangkit energi privat tersebut di Ibu Kota dan sekitarnya.
Alhasil, dia menilai bahwa seluruh pembangkit energi privat tersebut dapat digantikan dengan pasokan energi PLN.
"Tentu kami kasih insentif ke pemilik pembangkit energi privat untuk menggunakan energi dari PLN, ini lagi dibicarakan. Mungkin PLN dapat penugasan, daripada PLN rugi energinya enggak dipakai," katanya kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, beberapa waktu lalu.
Tak hanya itu, Luhut melanjutkan bahwa pabrikan yang memiliki pembangkit energi privat dapat membeli listrik murah dari PLN. Namun, saat ini diakuinya perhitungan tarif listrik khusus tersebut sedang dihitung oleh PLN dan Kementerian BUMN.
Apalagi, dia melihat bahwa saat ini masih ada energi yang diciptakan PLN dan tidak terserap sebanyak empat gigawatt. Oleh sebab itu, dia melanjutkan bahwa nantinya energi untuk pabrikan merupakan energi yang tidak terserap tersebut.
Baca Juga
Selanjutnya, Luhut berencana akan membangun industri pembuat kabut di DKI Jakarta. Secara singkat, pembuat kabut adalah mesin yang dipasang di atas gedung pencakar langit dan membuat uap air.
Namun, dia mengamini bahwa pemasangan pembuat kabut tersebut tidak bisa dilakukan dengan cepat. Mengingat pemenuhan minimum aturan konten lokal di dalam negeri atau sebesar 40 persen.
Terakhir, dia juga menyoroti bahwa penanganan polusi yang akan dilakukan Luhut adalah perubahan pengelolaan sampah di Jakarta. Apalagi, total sampah di Jakarta mencapai 8.000 ton per hari.
Luhut berencana untuk mengubah sebagian sampah tersebut menjadi refused-derived fuel (RDF) yang merupakan pelet yang dapat dijadikan sumber energi bagi sektor manufaktur pengganti batu bara.
Adapun, RDF diproduksi dengan cara memperkecil ukuran sampah dengan proses homogenizers. Luhut berencana menjual hasil pelet RDF tersebut kepada sektor manufaktur sebagai bahan baku sumber pembakaran.
"Sehingga penggunaan batu bara sektor manufaktur bisa berkurang sampai 30 persen sambil menunggu pemensiunan dini PLTU Batu Bara," imbuhnya.
Meskipun terdapat sejumlah agenda untuk penurunan polusi, tetapi Luhut mengaku bahwa penurunan polusi di Jakarta tidak dapat rampung dalam waktu hitungan hari bahkan bulan. Bahkan, polusi di Ibu Kota dapat diselesaikan paling cepat setahun ke depan.
Penyebabnya, tingkat polusi dalam waktu dekat belum akan turun secara signifikan lantaran minimnya kemungkinan hujan dalam beberapa hari ke depan serta potensi hujan melalui pembuatan hujan buatan sulit dilakukan. Pasalnya, awan hujan di atas Jakarta tidak ada.
"Bulan ini cuman ada besok kemungkinan hujannya, itu pun tipis. Kemudian 8-9 September 2023, setelah itu enggak ada sama sekali,” pungkas Luhut.