Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi Bakal Temui Presiden Brasil dan Kongo, Bahas Konservasi Hutan

Presiden Jokowi akan menemui Presiden Brasil dan Presiden Kongo untuk membatas soal konservasi hutan.
Presiden Jokowi memberikan sambutan di depan Menteri Luar Negeri Asean dan negara mitra, dalam rangkaian acara Post Ministerial Meeting (PMC) 2023 di Hotel Shangri-La, Jakarta, pada Jumat (14/7/2023)/ Galeri Asean.
Presiden Jokowi memberikan sambutan di depan Menteri Luar Negeri Asean dan negara mitra, dalam rangkaian acara Post Ministerial Meeting (PMC) 2023 di Hotel Shangri-La, Jakarta, pada Jumat (14/7/2023)/ Galeri Asean.

Bisnis.com, JAKARTA - Para pemimpin Indonesia, Brasil, dan Republik Demokratik Kongo akan bertemu di negara Afrika tengah pada akhir bulan ini untuk menghadiri pertemuan trilateral pertama membahas mengenai pelestarian tiga hutan tropis utama dunia. 

"Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dan Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) akan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Kongo Felix Tshisekedi pada tanggal 25 Agustus di ibukota Kinshasa," ujar juru bicara kepresidenan Kongo Erik Nyindu dikutip dari Bloomberg, Kamis (10/8/2023). 

Rencananya, Jokowi dan Presiden Brasil Lula akan bertolak ke Kongo untuk menghadiri Forest Summit atau Konferensi Tingkat Tinggi terkait Hutan.

Diketahui, agenda tersebuti telah berlangsung sejak KTT iklim tahun lalu. Pemerintah Brasil, Republik Demokratik Kongo, dan Indonesia sepakat membentuk aliansi untuk menekan negara-negara kaya agar membayar konservasi.

Diikutsertakannya Republik Kongo dalam KTT minggu ini menandai perluasan kerja sama secara bertahap.

"KTT antara Kongo-Brasil-Indonesia bertujuan untuk menciptakan dinamika yang bersatu untuk membela kepentingan umat manusia dan rakyatnya masing-masing sehingga mereka tidak lagi bertindak secara terpisah-pisah," kata Nyindu.

Negara-negara yang memiliki hutan luas ini memberikan pakta pada pertemuan puncak di Brasil. Ketiga negara tersebut bersepakat menuntut negara-negara maju membayar untuk membantu negara-negara miskin memerangi perubahan iklim dan melestarikan keanekaragaman hayati.

"KTT iklim G3 juga bermaksud untuk mengurangi kemiskinan dan menciptakan kondisi untuk pertumbuhan sosial-ekonomi." disampaikan oleh Erik Nyindu.

Diketahui pernyataan bersama bertajuk "Bersatu untuk Hutan Kita" itu dikeluarkan oleh Bolivia, Brazil, Kolombia, Republik Demokratik Kongo, Ekuador, Guyana, Indonesia, Peru, Republik Kongo, Saint Vincent dan Grenadines, Suriname, dan Venezuela.

Amazon, Cekungan Kongo, dan Asia Tenggara yang merupakan rumah bagi hutan hujan terbesar di dunia, ekosistem kritis yang menyerap karbondioksida ini menampung keanekaragaman spesies yang liar.

Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menyerukan bahwa KTT Amazon minggu ini merupakan upaya untuk membentuk front persatuan di antara negara-negara hutan hujan ketika mereka terlibat dalam negosiasi internasional seperti KTT iklim COP28 PBB, yang akan diadakan akhir tahun ini.

"Kami akan ke COP28 dengan tujuan untuk memberitahu dunia kaya bahwa jika mereka ingin melestarikan hutan yang ada secara efektif, mereka perlu mengeluarkan uang tidak hanya untuk merawat kanopi, tetapi juga untuk merawat orang-orang yang tinggal dibawahnya." itu," kata Lula, Rabu 08/082023.

Dalam pernyataan bersama, lusinan negara tersebut menyerukan agar mekanisme pembiayaan dikembangkan bagi dunia untuk membayar jasa penting yaitu kelestarian hutan.

Mereka juga menyatakan keprihatinan bahwa negara-negara kaya belum memenuhi janji untuk menyediakan US$100 miliar dalam pembiayaan iklim setiap tahunnya kepada negara-negara berkembang. Selain itu, mereka meminta negara maju untuk memenuhi komitmen yang ada untuk menyediakan US$200 miliar per tahun untuk pelestarian keanekaragaman hayati.

Negara-negara tersebut juga mengutuk penggunaan tindakan lingkungan yang mereka katakan disamarkan sebagai pembatasan perdagangan, mengacu pada pengesahan undang-undang Uni Eropa yang melarang perusahaan mengimpor barang yang terkait dengan deforestasi.

Pakta dibangun di atas kesepakatan sehari sebelumnya oleh delapan negara Amazon, yang dikritik oleh beberapa pecinta lingkungan karena gagal mendapatkan komitmen untuk mengakhiri deforestasi pada 2030.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper