Bisnis.com, SOLO - Indonesia sempat iri ketika Singapura berhasil mendapatkan jet tempur F-35 sementara RI cuma kebagian F-16 dari Lockheed Martin AS.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan menjadi salah satu pihak yang mengatakan "keirian" tersebut pada 2020 lalu.
Meski demikian, RI bisa bernafas lega karena tak jadi mendapatkan jet tempur F-35 dari Amerika Serikat. Sebab ternyata, jet tempur tersebut boros dan perawatannya mahal.
Dilansir dari Stripes, mesin F-35 Lockheed Martin yang terlalu banyak bekerja dan dapat "mengerung" kas negara sebanyak $38 miliar (Rp578 Triliun) hanya untuk perbaikan dalam beberapa dekade mendatang.
Uang sebanyak itu hanya akan digunakan untuk mendinginkan radar dan komponen lain dari jet tempur saja, belum yang lain-lainnya.
“Sistem pendingin terlalu banyak bekerja, mengharuskan mesin beroperasi di luar parameter desainnya,” bunyi laporan tersebut.
Baca Juga
“Panas ekstra meningkatkan keausan pada mesin, mengurangi masa pakainya, dan menambah biaya pemeliharaan sebesar $38 miliar (untuk beberapa tahun sekaligus)," ia menambahkan.
F-35 bisa hemat jika penggunanya rutin dan tidak malas melakukan perbaikan secara efektif dan perombakan secara konsisten dalam kurun waktu tertentu.
Untuk diketahui, pada tahun 2019, Singapura mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi empat F-35B yang akan dikirim mulai tahun 2026. Pembelian tersebut diperkirakan bernilai US$2,75 miliar.
Kesepakatan itu termasuk opsi untuk delapan jet F-35 yang telah disepakati pada awal 2023 lalu.
Menhan Singapura selalu sesumbar dengan mengatakan Angkatan Bersenjata Singapura (SAF) telah memutuskan untuk menggunakan opsi untuk varian F-35B setelah evaluasi ekstensif.
Kementerian Pertahanan memiliki perkiraan pengeluaran terbesar di antara kementerian untuk tahun keuangan 2023, yaitu S$17,98 miliar. Ini adalah peningkatan 5,6 persen dari FY2022.
Hampir semua uang, atau sekitar S$17,04 miliar, akan masuk ke SAF.