Bisnis.com, JAKARTA - Rusia dan Ukraina saling tuduh terkait rencana serangan ke pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) terbesar di Eropa, Zaporizhzhia, yang dikuasai Rusia pada Selasa (5/7/2023).
Pabrik nuklir ini akan berdampak dahsyat jika diserang atau bahkan dihancurkan oleh Rusia/Ukraina.
Melansir Reuters, Rabu (5/7/2023), Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, mengatakan dia memberi tahu rekannya dari Prancis, Presiden Emmanuel Macron, tentang provokasi berbahaya Rusia di pabrik yang berada di tenggara Ukraina.
Pembangkit listrik Zaporizhzhia terletak di dekat perbatasan selatan Ukraina. PLTN itu punya enam reaktor. Pada tahun 2022, fasilitas ini menjadi pembangkit nuklir aktif pertama dalam sejarah yang terus beroperasi di tengah perang.
Pasukan Rusia merebut stasiun itu beberapa hari setelah invasi Kremlin ke Ukraina pada Februari 2022.
Rusia telah menguasai Zaporizhzhia sejak Maret 2022 dan daerah tersebut telah berulang kali diserang. Pada 7 Mei 2023, dilaporkan bahwa lebih dari 1.500 orang telah dievakuasi atas perintah Rusia, termasuk 600 anak atau lebih dari 18 kota dan pemukiman di sekitar fasilitas energi atom itu.
Baca Juga
Ketika pasukan Rusia merebut pembangkit listrik itu pada Maret 2022, para ahli mencoba menimbang bagaimana potensi kecelakaan di sana dibandingkan dengan bencana Chernobyl tahun 1986.
Bencana Chernobyl merupakan sebuah peristiwa yang selama beberapa dekade menandai kecelakaan tenaga nuklir terburuk dalam sejarah.
Kehancuran Chernobyl melepaskan radiasi ke seluruh Eropa, memengaruhi kehidupan manusia, tumbuhan, dan hewan di seluruh wilayah.
Dilansir dari Deutsche Welle, Direktorat Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, mengatakan bahwa situasi umum di daerah dekat pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia menjadi semakin tidak terduga dan berpotensi berbahaya.
Dampak Hebat
Beberapa ahli mengatakan dampak bencana itu disembunyikan oleh pejabat Soviet dalam upaya untuk mengecilkan tingkat keparahannya. Salah satunya adalah profesor di Institut Teknologi Massachusetts (MIT), Kate Brown.
Brown telah melakukan penelitian ekstensif tentang dampak radiasi terhadap kesehatan masyarakat di Ukraina dan negara-negara sekitarnya sejak kecelakaan tahun 1986.
Dalam laporan Greenpeace yang diterbitkan pada tahun 2006, para peneliti memperkirakan jumlah kematian sekitar 90.000, hampir 23 kali jumlah yang disampaikan laporan Forum Chernobyl.
Edwin Lyman, seorang fisikawan dan Direktur Keamanan Tenaga Nuklir dengan Persatuan Ilmuwan Peduli Kemanana Nuklir yang bermarkas di AS, mengatakan bahwa dia tidak menganggap laporan Forum Chernobyl sebagai hal yang otoritatif.
Lyman mengatakan laporan Forum Chernobyl mendasarkan prediksi kematian akibat kanker hanya pada kasus-kasus di bekas Uni Soviet dan mengabaikan paparan populasi di bagian lain Eropa dan belahan Bumi Utara.
Laporan dampak kesehatan Chernobyl asli yang dilakukan oleh badan-badan PBB dan diterbitkan pada tahun 1988 memang membahas paparan global terhadap radiasi sebagai respons terhadap kecelakaan tersebut dan diperkirakan pada akhirnya akan menyebabkan 30.000 atau lebih kematian akibat kanker.
Demiliterisasi
IAEA telah berusaha selama lebih dari setahun untuk mencapai kesepakatan guna memastikan pembangkit itu didemiliterisasi dan mengurangi risiko kecelakaan nuklir.
Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, telah mengunjungi pabrik itu tiga kali sejak diambil alih Rusia, tetapi gagal mencapai kesepakatan apa pun untuk menjaga agar fasilitas itu aman dari penembakan.
Penasihat Zelensky, Mykhailo Podolyak, mengatakan kepada televisi Ukraina bahwa Grossi terbukti tidak efektif dalam upaya menjaga keselamatan di pabrik.
"Setiap bencana di Zaporizhzhia dapat dicegah jika (Grossi) segera dibersihkan," kata Podolyak, menuduh IAEA.