Bisnis.com, JAKARTA - Militer Amerika Serikat (AS) memenangkan akses dan dapat beroperasi di pangkalan Papua Nugini. Hal itu untuk mendukung upaya Washington mengepung China di Pasifik.
Adapun teks lengkap dari kesepakatan itu telah diajukan di parlemen Papua Nugini pada Rabu (14/6/2023) malam.
Mengingat, detail teks lengkap tersebut telah dijaga ketat sejak pakta itu ditandatangani pada bulan Mei lalu, seperti dilansir dari CNA, pada Jumat (16/6/2023).
AS yang mendapatkan persetujuan dari Papua Nugini itu akan dapat menempatkan pasukan dan kapal di 6 pelabuhan dan bandara utama.
AS dapat mengakses antara lain: Pangkalan Angkatan Laut Lombrum di Pulau Manus dan fasilitas di Ibu Kota Port Moresby.
Washington akan memiliki akses ke lokasi itu untuk memposisikan peralatan, suplai material, penggunaan eksklusif beberapa zona, tempat pengembangan dan aktivitas konstruksi dapat dilakukan.
Baca Juga
Perjanjian tersebut membuka pintu bagi Washington untuk membangun jejak militer baru di pelabuhan laut dalam yang berharga secara strategis, pada saat meningkatnya persaingan dengan Beijing.
Lombrum yang bertengger di tepi barat daya Samudra Pasifik, pada masa lalu telah digunakan sebagai garnisun pasukan Inggris, Jerman, Jepang, Australia, dan AS.
Selama Perang Dunia II, Lombrum adalah salah satu pangkalan AS terbesar di Pasifik, dengan 200 kapal berlabuh, termasuk 6 kapal perang dan 20 kapal induk yang digunakan untuk merebut kembali Filipina dari Jepang.
China telah mencari pijakan di Lombrum dalam beberapa tahun terakhir, sebelum dikalahkan oleh Australia dan AS, yang telah disetujui untuk bersama-sama mengembangkan fasilitas itu dengan Papua Nugini pada 2018.
Akses pasukan AS ke Lombrum dapat digunakan untuk memperkuat fasilitas AS di Guam Utara, yang dapat menjadi kunci jika terjadi konflik terkait Taiwan.