Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Serbia Aleksandar Vucic menegaskan bahwa ketegangan di wilayah konflik di Ukraina terus meningkat dan belum mencapai puncak eskalasi.
Melansir TASS, Selasa (13/6/2023), Vucis menyampaikan keprihatinannya atas ketegangan di Ukraina saat berbicara dengan saluran Happy TV.
"Saya sangat prihatin dengan situasi di Ukraina karena saya khawatir eskalasi lebih lanjut belum terjadi," kata Vucic.
Lebih lanjut dikatakan, Ukraina baru saja memulai serangan balasan terhadap Rusia, dan itu akan berkali-kali lebih kuat.
Rusia, ujarnya, mungkin juga tidak akan lemah, jika mereka memiliki pasukan yang tersisa.
Perkembangan di Ukraina berkontribusi pada meningkatnya tekanan terhadap Serbia, tambah Vucic.
Baca Juga
Penghancuran senjata Barat khususnya juga menyebabkan persoalan di panggung internasional, katanya.
"Kami berpegang pada posisi kami sejak hari ketiga konflik di Ukraina dengan percaya diri, kuat, tegas, dan bertanggung jawab selama satu tahun empat bulan tanpa sumpah," kata Vucic, berkomentar tentang mempertahankan kebijakan menolak bergabung dengan anti-Rusia.
Terpisah, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa serangan balasan Ukraina akan berlangsung selama beberapa minggu atau bulan dan Prancis berharap itu akan membantu menciptakan kondisi untuk pembicaraan damai.
Serangan balasan Ukraina dimulai beberapa hari yang lalu. Itu telah direncanakan dengan matang, katanya.
"Serangan balasan ini akan berlangsung selama beberapa minggu atau bulan. Kami melakukan yang terbaik untuk mewujudkannya dalam bingkai yang telah kami uraikan sejak awal konflik: untuk menghukum Rusia guna menghentikan upaya militernya, untuk membantu Ukraina melawan dan merebut kembali wilayahnya, tetapi untuk tidak pernah menyerang Rusia dan menghindari segala bentuk eskalasi konflik ini."
Dia menegaskan kembali komitmen dukungan jangka panjang untuk Kiev dan mengungkap harapan bahwa operasi ofensif tentara Ukraina akan berhasil karena "transisi ke fase pembicaraan dalam kondisi yang menguntungkan" akan bergantung pada hal itu.
"Jelas hari ini bahwa Ukraina tidak akan ditaklukkan, bahwa satu-satunya perdamaian yang dapat diterima saat ini adalah yang didasarkan pada hukum internasional dan pilihan berdaulat rakyat Ukraina," tegasnya.
Macron menambahkan dukungan abadi Prancis untuk Ukraina harus berlanjut untuk waktu yang lama, baik itu bantuan politik, militer, ekonomi, kemanusiaan atau bantuan yang terkait dengan pemulihan.