Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Korea Utara Kim Jong-un segera meluncurkan roket luar angkasa pertamanya setelah sekitar 7 tahun yang dirancang untuk memantau Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.
Kantor Berita Pusat Korea melaporkan bahwa Kim Jong-un mengunjungi sebuah fasilitas yang merakit satelit mata-mata pertama Korea Utara.
"Kim didampingi putrinya yang masih remaja dalam kunjungan bimbingan lapangan untuk memeriksa satelit pengintaian militer nomor 1,” kata kantor berita itu, seperti dilansir dari Bloomberg, pada Rabu (17/5/2023).
Melansir Bloomberg, Rabu (17/5/2023), perangkat tersebut telah dirancang untuk memantau pasukan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di Asia.
"Pemimpin menekankan perlunya satelit mata-mata karena imperialis AS dan penjahat boneka Korea Selatan meningkatkan gerakan konfrontatif mereka melawan DPRK," lanjut kantor berita itu.
Korea Utara dilarang oleh resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk melakukan uji coba rudal balistik, tetapi Pyongyang telah lama mengklaim berhak atas program luar angkasa sipil untuk peluncuran satelit.
Baca Juga
AS dan mitranya telah memperingatkan bahwa teknologi yang berasal dari program luar angkasa Korea Utara dapat digunakan untuk memajukan misil balistiknya.
Meskipun tidak ada tanggal pasti peluncuran, Korea Utara mungkin akan mengungguli Korea Selatan menjelang peluncuran roket ruang angkasa Nuri buatan sendiri, yang dirancang untuk menempatkan satelit ke orbit, pada 24 Mei 2023.
Layanan spesialis NK News mengatakan bahwa kemunculan Kim Jong-un ke publik di fasilitas satelit itu menjadi yang pertama dalam 28 hari.
Kemunculannya kembali terjadi sebelum para pemimpin negara G7 berkumpul di Kota Hiroshima Jepang untuk membahas berbagai masalah termasuk ancaman keamanan yang ditimbulkan oleh Pyongyang, mulai Jumat (19/5/2023).
Situs web 38 North melaporkan bahwa citra satelit komersial baru-baru ini dari Stasiun Peluncuran Satelit Sohae Korea Utara menunjukkan pembangunan berlangsung cepat di beberapa fasilitas utama, dan kemungkinan landasan peluncuran baru sedang dibangun.
Korea Utara terakhir kali meluncurkan roket luar angkasa pada Februari 2016, ketika negara tersebut mengklaim telah menempatkan satelit pengamat bumi ke orbit. Pengamat percaya bahwa satelit tidak pernah mencapai orbit.
Program luar angkasa Pyongyang telah berkurang kepentingannya selama bertahun-tahun karena negara tersebut sangat meningkatkan kemampuannya untuk membangun rudal balistik antarbenua yang mampu membawa hulu ledak nuklir yang dapat menyerang AS.
Peneliti senior di James Martin Center for Nonproliferation Studies David Schmerler mengomentari upaya peluncuran rudal Korea Utara.
“Kami biasa melihat upaya peluncuran ruang angkasa Korea Utara sebagai tes ICBM yang disamarkan ini tidak lagi terjadi karena mereka sering menguji rudal kelas ICBM,” katanya.
Menurutnya, Korea Utara sudah berkembang cukup jauh sejak peluncuran ruang angkasa terakhir, dan masuk akal jika sistem baru tersebut lebih maju.
“Mereka telah berkembang cukup jauh sejak upaya peluncuran ruang angkasa terakhir mereka. Peluncur ruang baru akan menggabungkan perkembangan yang telah mereka kumpulkan hingga saat ini, dan masuk akal jika sistem baru ini lebih maju," lanjutnya.
Akan tetapi, menurutnya peluncuran satelit akan menambah masalah keamanan yang baru-baru ini meningkat ke tingkat yang tidak terlihat selama bertahun-tahun dengan uji coba senjata baru Kim Jong-un untuk serangan nuklir.
Adapun itu termasuk ICBM berbahan bakar padat yang diluncurkan untuk pertama kalinya pada bulan April lalu.
ICBM dapat dengan cepat dikerahkan untuk menargetkan AS, dan sistem rudal baru yang dirancang untuk menyerang pasukan AS yang ditempatkan di Korea Selatan dan Jepang.