Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ma'ruf Amin Minta Bappenas Buat Strategi Hadapi Ancaman Depopulasi

Ma’ruf Amin menyebut bahwa Indonesia tengah dihadapkan dengan perlambatan jumlah penduduk dan krisis depopulasi pada 2045.
Wakil Presiden (Wapres) RI Ma’ruf Amin pada peluncuran proyeksi penduduk 2025–2050 di JCC Senayan, Selasa (16/5/2023). JIBI/Bisnis- Akbar Evandio
Wakil Presiden (Wapres) RI Ma’ruf Amin pada peluncuran proyeksi penduduk 2025–2050 di JCC Senayan, Selasa (16/5/2023). JIBI/Bisnis- Akbar Evandio

Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin menyebut bahwa Indonesia tengah dihadapkan dengan perlambatan jumlah penduduk dan krisis depopulasi pada 2045 mendatang.

Hal ini disampaikannya dalam agenda penetapan Rancangan Kerja Pemerintah (RKP) 2024 dan peluncuran prediksi penduduk 2020—2050 di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa (16/5/2023).

Dia menyebut saat Indonesia memasuki masa emas yaitu 100 tahun berdirinya, masyarakat Indonesia akan didominasi oleh penduduk berusia tua sebab pertumbuhan rata-rata di Indonesia sebesar 0,67 persen setiap tahunnya dan terus mengalami perlambatan.

“Jumlah penduduk usia muda itu mengecil, sedangkan yang tua-tua makin banyak, ini saya kira perlu anjuran supaya ada keseimbangan, jadi masyarakat juga jangan menunda nikahnya, sebab kalau tidak prediksinya nanti akan tepat, yang banyak penduduk usia tua pada 2045, sementara yang muda produktif rendah,” tuturnya.

Berdasarkan data dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional mencatat bahwa proporsi penduduk usia 0-14 tahun turun dari 24,56 persen pada 2020 menjadi 19,61 persen pada 2045.

Sementara itu, penduduk usia 65 tahun ke atas naik signifikan dari 6,16 persen menjadi 14,61 persen pada 2045, sedangkan untuk usia kerja 15—64 tahun juga menurun dari 69,28 persen pada 2020 menjadi 65,79 pada momentum 100 tahun Indonesia. Adapun, jumlah penduduk diperkirakan akan mencapai 324 juta orang pada 2045. 

Oleh sebab itu, orang nomor dua di Indonesia itu menegaskan agar Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dapat membuat peta jalan baru terkait dengan keseimbangan penduduk di Indonesia pada 2045 mendatang.

“Ya saya pikir mengenai masalah rencana keluarga berencana itu harus dilakukan perencanaan yang baru dan disesuaikan, sebab kalau itu prediksinya benar maka akan berbahaya,” katanya.

Dia melanjutkan bahwa jumlah penduduk Indonesia sendiri diperkirakan akan tersusul oleh Nigeria dan Pakistan pada 2045.

Pada 2025, prediksi saat ini, Indonesia masih menjadi negara keempat terbesar di dunia dengan 285 juta penduduk.

Adapun, Nigeria serta Pakistan masing-masing berada di posisi kelima dan keenam dengan jumlah penduduk 249,95 juta dan 234,57 juta.

Sementara itu, pada 2045 akan terjadi pergeseran, Indonesia akan turun menjadi Negara keenam dengan jumlah penduduk tertinggi yaitu mencapai 324,05 juta orang, sedangkan Nigeria naik menjadi di posisi keempat di 349,60 juta dan Pakistan di posisi kelima dengan jumlah 345,82 juta orang. 

“Kita bisa kalah nanti dari Nigeria dan Pakistan pertumbuhannya. Jadi satu ketika kita memang pertumbuhannya mesti ditingkatkan. Namun, pada waktu yang lain perlu ada keseimbangan. Nanti tolong disusun strategi barunya seperti apa,” pungkas Ma’ruf.

Melansir dari World Population Review, terdapat sejumlah daftar negara yang mengalami depopulasi.

Pertama, populasi Bulgaria diperkirakan akan turun 22,5 persen dari 6,9 juta pada 2020 menjadi 5,4 juta pada tahun 2050.

Penurunan populasi Bulgaria terutama disebabkan oleh migrasi massal yang meninggalkan negara.

Selanjutnya, penduduk Lithuania diproyeksikan akan menyusut sebesar 22,1 persen dalam tiga dekade mendatang.

Penduduk diperkirakan akan berkurang dari 2,7 juta menjadi 2,1 juta orang. Seperti Bulgaria, penurunan populasi Lithuania terbesar disebabkan oleh migrasi massal.

Kemudian, populasi Ukraina diproyeksikan akan turun dari 43,7 juta pada 2020 menjadi 35,2 juta pada 2050, penurunan sebesar 19,5 persen.

Tingkat emigrasi yang tinggi, bersama dengan tingkat kematian yang tinggi dan tingkat kelahiran yang rendah, menjadi penyebab utama penurunan populasi Ukraina. 

Penduduk Serbia juga diperkirakan akan menurun dari 8,7 juta menjadi 7,1 juta dalam 30 tahun mendatang, penurunan sekitar 18,9 persen.

Banyak pekerja terampil dan terdidik Serbia yang telah meninggalkan negara ini untuk mencari peluang kerja yang lebih baik, karena peluang kerja di Serbia sangat terbatas.

Tingkat migrasi yang tinggi dipadukan dengan tingkat kelahiran yang rendah menjadi faktor utama penurunan populasi.

Konflik perang yang berkepanjangan selama lebih dari satu dekade di Syria juga telah menyebabkan kehancuran populasi. Jutaan pengungsi melarikan diri ke negara tetangga dan negara lainnya. Sekitar 606.000 orang tewas dalam konflik ini menurut Syrian Observatory for Human Rights (SOHR).

Selanjutnya, Jepang juga mengalami depopulasi yang signifikan karena tingkat kelahiran yang rendah dan penuaan penduduk. Tingkat kelahiran di Jepang adalah salah satu yang terendah di dunia, dengan tingkat kelahiran sekitar 1,3 anak per wanita. Hal ini menyebabkan populasi Jepang menyusut dan menyebabkan tantangan sosial dan ekonomi yang serius.

Populasi Portugal turut diproyeksikan akan menurun dari 10,2 juta menjadi 9,1 juta dalam tiga dekade mendatang, penurunan sebesar 10,9%. Portugal telah melakukan upaya untuk menarik kembali mereka yang beremigrasi, baik yang berpenghasilan tinggi maupun yang berkeahlian tinggi.

Tak hanya itu, populasi Italia diproyeksikan akan menyusut sebesar 10,1 persen dari 2020 hingga 2050. Populasi saat ini sebesar 60,5 juta jiwa akan berkurang menjadi 54,4 juta jiwa dalam 30 tahun mendatang. Tingkat kelahiran sedang berada pada titik terendah sejak penyatuan Italia dan pemuda meninggalkan Italia ke negara-negara Eropa lainnya untuk mencari peluang kerja.

Adapun, China juga menjadi negara yang menghadapi masalah penurunan populasi karena faktor penuaan penduduk. Populasi China diperkirakan akan menurun hingga hampir separuhnya pada tahun 2100, dari lebih dari 1,4 miliar menjadi 771 juta penduduk.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Akbar Evandio
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper