Bisnis.com, JAKARTA - Bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan memberi kode akan menolak jika Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto ingin menjadi calon wakil presiden (cawapres) untuk dirinya.
Anies mengatakan bahwa dirinya akan mengutamakan cawapres yang berasal dari partai politik pendukungnya. Saat ini yang mengusung Anies sebagai capres yaitu Partai NasDem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Ketiganya sudah membentuk Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). Sementara Golkar sudah tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Meski begitu, belakangan Partai Golkar melakukan pertemuan dengan Partai Demokrat dan Partai NasDem. Ketika ditanya apakah maksud safari politik Golkar itu untuk menjodohkan duet Anies-Airlangga, mantan gubernur DKI Jakarta itu tak setuju.
"Kan urutannya begitu kira-kira. Berada di dalam koalisi maka masuk dalam konsiderasi [pertimbangan jadi cawapres]. Kalau tidak berada dalam koalisi ya sulit menjadi konsiderasi, gitu ya," ujar Anies di Sekretariat Perubahan, Jumat (5/5/2023).
Lebih lanjut, dia mengatakan telah mendelegasikan Tim Kecil yang terdiri dari perwakilan dirinya dan tiga partai politik pengusungnya untuk membahas cawapres. Hasilnya, kini mereka sudah memilih lima nama paling potensial.
Baca Juga
"Tim Kecil ini membahas mengenai kriteria, membahas tentang nama-nama [cawapres]. Alhamdulillah, mereka sudah sampai kepada kerucut berwujud lima [nama cawapres]. Biarkan proses ini jalan terus," ungkap Anies.
Sementara itu, Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya yang juga anggota Tim Kecil menyatakan mereka akan menyerahkan keputusan final penentuan cawapres ke tangan Anies. Alasannya, mereka tak mau ada kawin paksa.
"Kami masih punya waktu untuk kemudian membangun chemistry [keserasian antara Anies dan cawapresnya]. Jadi, sekali lagi, ini bukan ada order dipaksakan, dijodohin gitu, enggak. Ini datang dengan penuh cinta dan kasih," ujar Willy pada kesempatan yang sama.