Bisnis.com, JAKARTA – Duta Besar Rusia untuk Sudan Andrey Chernovol mengomentari kekhawatiran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) penggunaan senjata biologi di antara pihak yang bertempur di Sudan.
Melansir TASS, Kamis (27/4/2023), Chernovol menegaskan bahwa pihaknya tidak memiliki informasi apa pun tentang penyitaan laboratorium biologi di Sudan.
"Sejauh ini, belum ada informasi yang dirilis di sini, kecuali untuk pernyataan ini," kata diplomat itu mengomentari pernyataan yang dirilis WHO.
Pada hari Selasa (25/4/2023), WHO menyatakan keprihatinannya atas penyitaan laboratorium biologi di Sudan oleh salah satu pihak dalam konflik yang melanda negara tersebut.
WHO mengatakan bahwa "ketika listrik padam dan tanpa teknisi yang menangani semua ini, risiko bahaya biologis tinggi di Khartoum karena pendudukan laboratorium oleh salah satu pihak yang bertikai."
Perwakilan WHO menambahkan bahwa "ada risiko bahaya biologis yang tinggi karena di laboratorium itu kami sudah memiliki isolat, kami memiliki isolat campak dan juga isolat kolera."
Baca Juga
Krisis Sudan
Situasi di Sudan meningkat di tengah ketidaksepakatan antara Panglima Militer Abdel Fattah al-Burhan, yang juga mengepalai Dewan Kedaulatan yang berkuasa, dan Kepala Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter, Mohamed Hamdan Dagalo (dikenal sebagai Hemedti), yang tak lain adalah wakil al-Burhan di dewan.
Pertikaian utama antara kedua organisasi militer tersebut berkaitan dengan garis waktu dan metode untuk menyatukan angkatan bersenjata Sudan, serta siapa yang harus diangkat sebagai panglima tertinggi angkatan darat: seorang perwira militer karier, pilihan yang lebih disukai Burhan, atau presiden sipil terpilih, seperti yang ditekankan Dagalo.
Pada 15 April, bentrokan bersenjata antara faksi-faksi militer yang bersaing meletus di dekat sebuah pangkalan militer di Merowe dan di Ibu Kota, Khartoum.
Menurut kementerian kesehatan negara itu, lebih dari 600 orang telah tewas sejak konflik pecah.
WHO pun melaporkan bahwa konflik tersebut telah merenggut sekitar 450 nyawa dengan lebih dari 4.000 orang menderita luka-luka.