Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inikah Strategi Jokowi di Pilpres 2024?

Tensi politik di Tanah Air kian memanas mendekati tahun Pemilu Presiden 2024, turut melibatkan Presiden Jokowi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan keterangan pers soal arus mudik dan arus balik Lebaran 2023./ Antara
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan keterangan pers soal arus mudik dan arus balik Lebaran 2023./ Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Tensi politik di Tanah Air kian memanas mendekati tahun Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Pertarungan politik memasuki babak baru dengan dibukanya clue tentang strategi politik Presiden Joko Widodo alias Jokowi oleh Guru Besar Hukum Tata Negara Denny Indrayana.

Staf Khusus Presiden Bidang Hukum era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY ini menilai salah satu strategi Jokowi dalam memenangkan pasangan calon (paslon) pilihannya adalah dengan menyandera lawan politik.

“[Strategi] ketiga, menguasai dan menggunakan KPK untuk merangkul kawan dan memukul lawan politik. Kebetulan beberapa petinggi parpol mempunyai borok dugaan kasus korupsi,” tulis Denny dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (25/4/2023).

Dia menyebut beberapa petunjuk terkait dengan argumentasi di atas, meliputi kasus dugaan korupsi pengadaan minyak goreng, izin lahan hutan, dan, khususnya, isu kasus kardus durian yang kembali mencuat dalam beberapa pekan terakhir.

Terutama, setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan masih menindaklanjuti keterlibatan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.

Sebagai informasi, istilah kardus durian merujuk kepada kasus suap pengucuran dana percepatan pembangunan infrastruktur daerah di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) pada 2011 silam.

Pada periode tersebut, Cak Imin masih menduduki kursi Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi (Menakertrans).

Lebih jauh, Denny mengatakan dalam catatannya terdapat tokoh yang telah disiapkan dugaan korupsi pembelian Bank Banten.

“Bank itu infonya hanya dibeli dengan harga di bawah Rp500 miliar, padahal harga seharusnya lebih dari Rp900 miliar,” tulis Denny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper