Bisnis.com, JAKARTA - Ketegangan atas China akan menjadi agenda utama dalam pertemuan menteri luar negeri negara-negara Group of Seven (G7) di Jepang yang berlangsung awal pekan ini.
Hal tersebut diungkapkan oleh seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri, seperti dilansir dari Bloomberg, Senin (17/4/2023). Pejabat itu kemudian juga mengatakan bahwa tantangan geopolitik di Asia akan menjadi fokus yang lebih besar, dikarenakan kini Jepang yang memimpin G7 di tahun ini.
Berdasarkan agenda, menlu negara-negara G7 yang mencakup AS, Jepang, Jerman, Prancis, Inggris, Kanada, dan Italia, mengadakan pertemuan di Karuizawa, Nagano, pada 16-18 April 2023.
Ketegangan yang terjadi menjadi perhatian, terutama setelah China kembali mengadakan latihan militer menyusul pertemuan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy.
Dalam sekitar waktu yang sama, Presiden Prancis Emmanuel Macron juga mengatakan Uni Eropa harus menghindari terseret ke dalam perselisihan dengan China oleh AS.
Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi, yang mengunjungi Beijing pada awal bulan ini, juga mengatakan bahwa anggota G7 harus mengungkapkan keprihatinan langsung terhadap China dan mendesak para pemimpinnya untuk bertindak sebagai anggota masyarakat internasional yang bertanggung jawab.
Baca Juga
“Kita harus terus berkomunikasi dengan China dan bekerja sama dengan mereka dalam masalah global dan bidang yang menjadi kepentingan bersama,” tutur Hayashi seperti dikutip dari Bloomberg.
Nantinya, menteri luar negeri Jepang akan membandingkan catatan dari berbagai kunjungan baru-baru ini ke Beijing sambil mencari pendekatan bersama.
Menteri luar negeri G7 juga akan membahas bagaimana memastikan Ukraina memiliki senjata dan peralatan pertahanan lain yang dibutuhkannya dalam jangka panjang.
Lalu selain China, menteri luar negeri akan berbicara tentang Korea Utara dan cara untuk memperdalam hubungan dengan negara-negara Asia Tenggara serta Quad, yang meliputi AS, India, Jepang, dan Australia.
Selain itu, G7 nanti juga akan mengadakan diskusi panjang mengenai bagaimana dalam memacu lebih banyak pembangunan infrastruktur global di negara-negara berkembang di seluruh Asia, Afrika, Timur Tengah dan Amerika Latin.