Bisnis.com, JAKARTA - Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan setidaknya 83 orang tewas dan 1.126 orang lainnya terluka akibat bentrokan bersenjata di Sudan, pada Sabtu (15/4/2023).
Bentrokan bersenjata tersebut terjadi antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF), seperti dilansir dari TASS, Senin (17/4/2023).
“Sejak awal pertempuran antara tentara dan pasukan pendukung cepat (di Sudan), setidaknya 83 orang tewas dan 1.126 menderita luka-luka,” kata juru bicara itu, dikutip oleh Saluran TV Hadath.
WHO menyampaikan bahwa keperluan medis yang didistribusikan ke seluruh rumah sakit sebelum bentrokan terjadi, kini telah habis.
"Barang-barang medis yang didistribusikan di seluruh rumah sakit di ibu kota negara Khartoum sebelum peristiwa terkini telah habis untuk sementara waktu," lanjutnya.
Pihaknya juga mengatakan bahwa kini negara tersebut mengalami kesulitan dan masalah besar karena tidak adanya keamanan.
"Para dokter, tenaga medis dan seluruh sektor kesehatan menghadapi kesulitan dan masalah besar di Khartoum karena tidak ada keamanan," tambahnya.
Konflik di Sudan meningkat karena ketidaksepakatan antara komandan SAF Abdel Fattah al-Burhan, yang juga mengepalai Dewan Kedaulatan (badan pemerintahan negara), dan wakilnya di dewan, Kepala RSF Mohamed Hamdan Dagalo (Hemedti).
Bentrokan pecah antara kedua pasukan di dekat pangkalan militer di Kota Merowe dan di Ibu Kota Sudan, Khartoum, pada Sabtu (15/4/2023).
Meski begitu, sebelumnya Angkatan Bersenjata Sudan sempat mengumumkan bahwa situasi di negara itu telah stabil, dan unit militer memulihkan keamanan di seluruh wilayah Sudan, pada Minggu (16/4/2023) pagi.
"Situasinya sangat stabil, angkatan bersenjata melakukan yang terbaik untuk memulihkan keamanan dan perdamaian di negara itu," kata Angkatan Bersenjata Sudan.