Bisnis.com, JAKARTA - Status kualitas udara di China memang menjadi perhatian dunia karena negara tersebut mengalami masalah polusi udara yang serius, terutama di beberapa kota besar termasuk Beijing dan wilayah timur Laut yang dilanda badai pasir untuk keempat kalinya dalam sebulan pada Senin (10/4/2023).
Meski saat ini kondisinya dilaporkan sudah mulai mereda, namun Otoritas Beijing memaksa penduduk tinggal di dalam rumah untuk melindungi diri dari polusi udara yang padat.
Pusat Pemantauan Ekologi dan Lingkungan Kota Beijing melaporkan indeks kualitas udara kota tersebut telah melonjak ke status "sangat tercemar".
Bahkan pada Senin sekitar pukul sembilan malam waktu setempat konsentrasi partikel PM10 melebihi 1.321 mikrogram per meter kubik atau setara dengan 30 kali lipat dari pedoman rata-rata harian sebesar 45 mikrogram per meter kubik yang ditetapkan oleh WHO.
Sementara partikel yang lebih kecil yang disebut PM2.5 berada dalam level "berbahaya" selama 48 jam terakhir.
Partikel polusi seperti PM10 dan PM2.5 dapat membahayakan kesehatan manusia karena ukurannya yang sangat kecil. Ketika terhirup, partikel-partikel tersebut dapat merusak jaringan paru-paru dan memasuki aliran darah, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan seperti asma, penyakit jantung, dan kanker.
Baca Juga
Beijing memang seringkali dilanda badai pasir di musim semi dengan kabut asap. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kejadian ini, lantaran aktivitas industri yang besar, kendaraan bermotor, pembakaran batu bara, penggundulan hutan yang cepat di seluruh China utara serta cuaca dan angin yang tidak menguntungkam
Sebelumnya, badai pasir yang melanda China terjadi sejak 10 Maret 2023. Paling parah dilaporkan terjadi pada 22 Maret, ketika partikel PM10 mencapai 1.667 mikrogram per meter kubik menurut Pusat Pemantauan Ekologi dan Lingkungan Kota Beijing.
Adapun daerah yang terdampak antara lain Shanghai, Heilongjiang, Xinjiang, Mongolia Dalam, Gansu, Ningxia, Shanxi, Hebei, Tianjin, Shandong, Henan, Jiangsu, Anhui, dan Hubei.
Administrasi Nasional dan Padang Rumput China mengatakan pemicu badai ini sendiri akibat pasir dan debu dari bagian selatan Mongolia dan bagian barat Mongolia dibawa ke tenggara oleh arus udara.