Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia dan Belarusia Rayakan Hari Persatuan di Tengah Konflik Ukraina

Rusia dan Belarusia merayakan Hari Persatuan memperingati pembentukan Negara Persatuan di tengah konflik Ukraina
Rusia dan Belarusia Rayakan Hari Persatuan di Tengah Konflik Ukraina. Presiden Belarusia Alexander Lukashenko./Istimewa
Rusia dan Belarusia Rayakan Hari Persatuan di Tengah Konflik Ukraina. Presiden Belarusia Alexander Lukashenko./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Rusia dan Belarusia merayakan Hari Persatuan memperingati Presiden Belarusia Alexander Lukashenko dan Presiden Rusia saat itu, Boris Yeltsin menandatangani perjanjian pembentukan Negara Persatuan dari 2 tetangga Slavia, pada Minggu (2/4/2023). 

Negara Persatuan menjadi dasar untuk kerja sama yang semakin dalam secara bertahap antara Rusia dan Belarusia, seperti dilansir dari Aljazeera, pada Minggu (2/4/2023). 

Awalnya, Belarusia tampak tidak tertarik berhubungan dengan Barat. Namun, itu berubah pada tahun 2020 saat Rusia datang untuk menyelamatkan Lukashenko.

Pada saat itu pemimpin Belarusia menghadapi protes jalanan besar-besaran anti-pemerintah. Rusia mengatakan siap mengirim pasukan untuk mendukung tindakan keras terhadap perbedaan pendapat. Meskipun pada akhirnya, tidak ada pasukan Rusia yang terlibat, tetapi tawaran itu berhasil memadamkan pemberontakan.

Selama setahun terakhir Rusia telah berperang dengan Ukraina, Belarusia telah berdiri dengan setia di sisi Rusia dan baru-baru ini setuju untuk menjadi tuan rumah senjata nuklir taktis Rusia dan itu menjadi tanda ikatan yang lebih kuat.

Belarusia yang terkurung oleh daratan dan terjepit di antara Rusia, Ukraina, Lituania, dan Polandia, telah merdeka dengan runtuhnya Uni Soviet pada 1991.

Kemudian, 3 tahun setelahnya, Alexander Lukashenko, seorang deputi Soviet yang dulunya terkenal radikal dan reformatif, mendapatkan kekuasaan.

Masa jabatannya bisa dibilang merupakan kemunduran di masa lalu Soviet, dengan Belarusia mempertahankan ekonomi terpusat yang sebagian besar dikelola negara dan masyarakat dan dikontrol ketat.

Dijuluki "diktator terakhir Eropa", Lukashenko telah memimpin negara itu tanpa gangguan selama hampir 30 tahun.

Dia telah mencoba untuk mempertahankan kedaulatan dan kekuasaannya, tetapi dalam beberapa tahun terakhir, dan terutama sejak perang di Ukraina, dia semakin dekat dengan Rusia.

Peneliti Belarusia Alesia Rudnik mengatakan Lukashenko telah membangun rezimnya melalui ketakutan dan penindasan terhadap para pembangkang. 

“Lukashenko telah membangun rezimnya melalui ketakutan dan penindasan terhadap para pembangkang, secara bertahap merampas kebebasan berbicara dan hak warga negara untuk mengekspresikan pendapat politik,” katanya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper