Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Gempa Turki : Orang Tua Khawatir Penculikan Anak

Para orang tua yang menjadi korban gempa Turki khawatir dengan maraknya penculikan anak di kamp pengungsian.
Petugas penyelamat mencari korban selamat di tengah reruntuhan bangunan di Kota Jindayris yang dikuasai pemberontak, Suriah pada 9 Februari. Bloomberg /AFP/Getty Images
Petugas penyelamat mencari korban selamat di tengah reruntuhan bangunan di Kota Jindayris yang dikuasai pemberontak, Suriah pada 9 Februari. Bloomberg /AFP/Getty Images

Bisnis.com, JAKARTA - Korban gempa Turki mengaku khawatir dengan penculikan anak yang terjadi di kamp pengungsian sehingga membuat mereka selalu terjaga, baik di siang maupun malam hari. 

Dua kali guncangan dahsyat pekan lalu menghantarkan kota-kota di Tenggara Turki dan barat laut Suriah. Melihat kekacauan yang ada sambil terus mencari korban yang tertumpuk reruntuhan, pemerintah segera mengirimkan bantuan dan tenda pengungsian bagi mereka yang berhasil selamat. 

Dilansir dari Aljazeera pada Sabtu (18/2/2023), korban gempa Ahmet Firat (39) masih berusaha menemukan kerabatnya yang belum juga ditemukan diantara retuntuhan. Dia mengaku tidak bisa merasa tenang sebelum berhasil menemukan mayat kerabatnya.

"Kami terlihat masih hidup tapi kami sebenarnya sudah mati, karena kami kehilangan 12 kerabat yang seharusnya kami juga mati bersama mereka," keluh Ahmet tak hauh dari gedung-gedung yang hancur di Adiyaman, Turki tenggara.

Ahmet, istrinya Ayten, dan ketiga anaknya berhasil melarikan diri dari rumah tepat waktu. Namun, mereka tidak membawa apapun alias cukup pakaian yang mereka kenakan. Rumah mereka hancur dan sekarang tinggal bersama sekitar 40 anggota keluarga lainnya di empat tenda pengungsian.

Terpal untuk atap tenda, karpet, dan selimut dari pihak berwenang menjadi satu-satunya penghalang dari hawa dingin di Adiyaman, di mana suhu udara di sana turun hingga di bawah nol derajat Celcius pada malam hari.

Ahmet bercerita mereka memiliki tungku kayu bakar, tapi angin kencang menitup api hingga mati dan yang tersisa hanya asap yang kembali ke dalam tenda. Saat ingin beristirahat dan mereka memadamkan api, anak-anak jatuh sakit karena udara yang dingin. 

Ketika berada di dalam tenda pasangan ini mengaku khawatir akan pencurian dan penculikan anak sehingga saat malam tiba satu anggota keluarga harus tetap terjaga sepanjang malam untuk mengawasi.

"Anak-anak kami ketakutan, semuanya membuat mereka takut, karena itu mereka tidak lepas dari pengawasan kami," kata Ayten.

Seperti diketahui, gempa bumi berkekuatan 7,8 skala richter melanda Turki dan sekitarnya pada 6 Februari. Situasi yang cukup kacau membuat bantuan dari pihak berwenang baru mencapai Adiyaman pada hari ketiga.

Hal itu gara-gara terputusnya komunikasi ke kota berpenduduk sekitar 300.000 jiwa tersebut dan banyak jalan yang rusak dan sulit dilalui karena salju yang lebat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper