Bisnis.com, JAKARTA - Koordinator Laboratorium Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dian Yudha Risdianto mengaku tidak mengetahui persis alasan di balik pemberhentian operasional BRIN Pasuruan.
Seperti diketahui, balai riset yang berfokus di bidang antariksa resmi ditutup pada Selasa (31/1/2023).
"Saya kurang tahu pasti terkait detail pertimbangan dari pemberhentian operasional BRIN Pasuruan ini. Hanya para pimpinan yang tahu," ujar Yudha ketika dihubungi Bisnis, Kamis (2/2/2023).
Dia mengatakan, keputusan ini menjadi salah satu hasil yang ditetapkan dalam rapat pimpinan BRIN pada akhir Desember tahun 2022. Keputusan ini selanjutnya dijelaskan dalam Nota Dinas Nomor B-4193/II.2.5/RT.06.00/12/2022 perihal Pemberitahuan Perpindahan Lokasi Kerja.
Keputusan ini menghentikan seluruh aktivitas penelitian di BRIN Pasuruan pada Selasa (31/1/2023). Tidak ada perlawanan yang bisa disampaikan oleh para periset.
Berdasarkan nota dinas yang ditandatangani oleh Kepala Biro Komunikasi Publik, Umum, dan Kesekretariatan (BKPUK) Driszal Fryantoni itu, periset kemudian diminta untuk berpindah tugas ke Kawasan Kerja Bersama (KKB) terdekat.
Baca Juga
Proses ini diharapkan selesai dalam kurun waktu satu bulan sejak surat diterbitkan.
"Kami diminta pindah karena sudah dilarang beraktivitas. Kami, teman-teman periset, akhirnya memilih lokasi kantor BRIN yang lain sesuai dengan pilihan masing-masing, jadi bukan ada pemetaan lagi," jelasnya.
Ke Balai riset tersebut dikabarkan akan diubah menjadi Kawasan Kemitraan Eksternal (KKE), yang menandakan bahwa kawasan tersebut tidak lagi menjadi kawasan kerja pegawai BRIN.
Kawasan itu nantinya akan dikelola bersama mitra seperti kementerian, lembaga, pemda, maupun pihak swasta.
LAPAN
Adapun, BRIN Pasuruan dulunya merupakan bagian dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Balai riset ini telah beroperasi selama 35 tahun.
Terdapat tiga kegiatan yang menjadi fokus utama dari BRIN Pasuruan, yakni kegiatan penelitian atmosfer, kegiatan penelitian matahari, serta layanan laboratorium yang ditujukan untuk keperluan edukasi masyarakat.
Kegiatan penelitian atmosfer, ujar Yudha, difokuskan pada penelitian ozon dengan menggunakan balon meteo. Lokasi kantor yang berdekatan dengan Gunung Kelud, Semeru, Bromo, hingga Kota Surabaya itu membuat BRIN Pasuruan memiliki kesempatan untuk mendapatkan variasi pengamatan.
Keuntungan itu yang pada akhirnya membuat BRIN Pasuruan berhasil menjadi satu-satunya balai riset Indonesia yang ikut bekerja sama dengan Southern Hemisphere Additional Ozonesondes (Shadoz) yang digagas NASA dengan identitas Watukosek.
Hingga akhirnya, BRIN Pasuruan berhasil mempertahankan kedudukannya sebagai salah satu dari 14 stasiun pengamatan ozon vertikal yang ada di dunia.
"Kita di Pasuruan ini, punya level periset sebagai perwakilan regional yakni Asean dan dunia," tuturnya.