Bisnis.com, JAKARTA - Ahli Epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengimbau masyarakat untuk terus mewaspadai potensi lonjakan kasus Covid-19.
Dicky menjelaskan, bahwa subvarian Omicron BN.1 menjadi salah satu subvarian Covid-19 yang berpotensi berkontribusi pada peningkatan kasus Covid-19 jelang periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023.
"BN.1 ini berpotensi juga dalam salah satu faktor kontributor dari peningkatan kasus Covid-19. Gelombang yang memang saat ini eranya mix subvarian, di mana tidak hanya didominasi oleh satu varian atau subvarian saja," ujar Dicky kepada Bisnis, Senin (19/12/2022).
Subvarian BN.1, sambungnya, merupakan salah satu subvarian Covid-19 dengan tingkat penularan yang sangat tinggi. Selain itu, virus ini juga memiliki kemampuan untuk menghindari imunitas tubuh.
Bahkan, beberapa ahli mengatakan bahwa subvarian BN.1 dapat membawa perubahan yang dijuluki sebagai substitusi R34G6 yang merupakan mutasi pada spike protein yang diketahui dapat menurunkan efektivitas vaksin Covid-19 pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang cenderung lemah.
Untuk itu, Dicky berharap agar pemerintah dapat kembali mengupayakan perluasan program vaksinasi Covid-19. Menurutnya, vaksinasi masih menjadi salah satu mitigasi risiko yang paling efektif untuk dilakukan.
Dia juga mengimbau masyarakat untuk dapat terus menerapkan seluruh protokol kesehatan yang berlaku di Indonesia, terutama pada periode Nataru 2023 ketika mobilitas masyarakat cenderung meningkat.
"Jadi kalau saat Nataru nanti kita tidak melakukan mitigasi, itu yang akan berisiko. Kita akan menjadi negara yang berkontribusi pada perburukan situasi pandemi global," terangnya.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan 20 kasus Covid-19 yang disebabkan oleh subvarian BN.1.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menerangkan, pihaknya telah mengidentifikasi penyebaran subvarian BN.1 di 6 provinsi di Indonesia.
Keenam provinsi tersebut adalah Provinsi DKI Jakarta dengan total laporan sebanyak 9 kasus, diikuti Jawa Tengah dengan total 5 kasus, Kepulauan Riau dengan 3 kasus serta Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan dengan masing-masing 1 kasus.
Namun, Kemenkes meminta masyarakat tak khawatir karena subvarian ini diprediksi tak akan menyebabkan lonjakan kasus baru.