Bisnis.com, JAKARTA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi (BPBD) DKI Jakarta merilis potensi pergerakan tanah di 10 kecamatan di DKI Jakarta.
Ada 8 kecamatan di Jakarta Selatan yang menunjukkan potensi gerakan tanah menengah, yakni: Cilandak, Jagakarsa, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Mampang Prapatan, Pancoran, Pasar Minggu, dan Pesanggrahan.
Sementara itu, terdapat dua kecamatan mengalami pergerakan tanah di Jakarta Timur, yaitu: Kramat Jati dan Pasar Rebo.
BPBD DKI menyebut, bahwa peta prakiraan ini didapat dari hasil tumpang susun data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) antara zona kerentanan gerakan tanah dan zona curah hujan.
“Prakiraan wilayah potensi terjadi gerakan tanah disusun berdasarkan hasil tumpang susun (overlay) antara peta zona kerentanan gerakan tanah dengan peta prakiraan curah hujan bulanan yang diperoleh dari BMKG,” terang BPBD DKI Jakarta, dikutip dari laman Instagram resminya pada Sabtu (3/12/2022).
Lalu, apakah tanah longsor sama dengan pergerakan tanah?
Pergerakan tanah kerap diartikan sebagai tanah longsor, padahal keduanya memiliki perbedaan arti.
Adapun, pergerakan tanah merupakan proses perpindahan massa tanah atau batuan dengan arah gerak, mendatar atau miring dari kedudukan semula. Pergerakan ini dapat disebabkan oleh pengaruh gravitasi, arus air dan beban luar.
Sementara itu, tanah longsor merupakan tipe gerakan tanah yang pergerakannya cepat. Adapun longsoran dengan bidang melengkung biasanya gerakannya perlahan-lahan/merayap tetapi merusak dan meruntuhkan bangunan di atasnya, sehingga mengancam keselamatan penghuninya.
Melansir laman BPBD Kota Bogor, ada beberapa penyebab pergerakan tanah di antaranya: erosi, tanah jenuh air, gempa bumi dan bahan berlebih.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
Erosi
Erosi menjadi salah satu penyebab timbulnya pergerakan tanah. Erosi bisa berasal dari berbagai jenis air tanah yang ada. Salah satunya adalah erosi yang ditimbulkan oleh air hujan.
Pergerakan tanah yang disebabkan erosi biasanya banyak ditemukan di lereng-lereng bukit yang curam. Hal tersebut bisa terjadi karena lereng-lereng bukit yang curam.
Hal ini bisa terjadi ketika vegetasi yang ada di daerah tersebut bisa dikatakan sangat minim. Ini dapat menjadi sangat berbahaya apabila terjadi pada saat musim hujan dengan intensitas yang cukup tinggi.
Tanah Jenuh Air
Beberapa jenis tanah di Indonesia mayoritas suka air. Sementara itu, tanah yang mampu menyerap air dengan cepat sangat berbahaya ketika musim hujan tiba, karena saat intensitas hujan tinggi, akan berbanding dengan laju penyerapan tanah yang tinggi pula.
Ketika tanah tersebut telah mencapai titik jenuhnya, maka ada kemungkinan tanah akan kehilangan daya penopang. Hal tersebut kerap terjadi pada beberapa bencana yang berupa tanah ambles.
Gempa Bumi
Gempa bumi mampu mengakibatkan penurunan permukaan tanah dan juga likuifaksi. Gempa bumi merupakan salah satu jenis bencana alam yang bisa dikatakan sangat menyebar rata.
Kejadian gempa bumi tidak memiliki hubungan terhadap jenis dan karakteristik tanah. Hal tersebut karena kekuatannya yang terkadang cukup besar maka efek negatif yang timbul akan berbeda-beda.
Sebagai salah satu negara yang menjadi pertemuan beberapa lempeng dunia, Indonesia merupakan negara dengan ancaman gempa bumi yang cukup sering.
Beban Berlebih
Terakhir adalah beban berlebih yang banyak terjadi di perkotaaan. Ancaman terjadinya pergerakan tanah akibat beban yang berlebih bisa sangat terjadi.
Pembangunan yang terus berkelanjutan dan tidak mengindahkan aspek alami juga bisa menjadi penyebabnya. Bahayanya apabila terjadi pergerakan tanah maka bangunan atau fasilitas tersebut akan dapat roboh.
Selain itu pemberian beban berlebih pada tanah tanpa melihat terlebih dahulu karakteristik dan sifat dari tanah tersebut juga merupakan sebuah hal yang sangat berbahaya.